Renungan Hidup Kristen (RHK), 10 Februari 2025

YOHANES 15 : 15
“Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku”

TUHAN MENYEBUT KITA SAHABAT

Yesus menggantikan sebutan “hamba” menjadi “sahabat” kepada para murid-Nya karena Ia ingin menunjukkan bahwa hubungan antara diri-Nya dan para pengikut-Nya bukan hanya hubungan antara guru dan murid, melainkan hubungan yang lebih erat dan penuh kasih. Dalam hubungan yang erat ini, para murid-Nya tidak hanya menerima ajaran dari Yesus, tetapi juga berbagi kehidupan-Nya dengan mereka. Dalam kebudayaan zaman itu, sebutan “hamba” digunakan untuk menyebut seseorang yang berada di bawah penguasa atau majikan. Sebagai hamba, seseorang harus tunduk dan patuh pada perintah majikannya tanpa ada ruang untuk berinteraksi secara personal. Namun, Yesus ingin menunjukkan bahwa hubungan-Nya dengan para murid-Nya tidak seperti hubungan antara majikan dan hamba, melainkan lebih seperti hubungan antara sahabat yang saling mengenal, saling mempercayai, dan saling mencintai.

Dengan menggunakan sebutan “sahabat”, Yesus menunjukkan bahwa hubungan-Nya dengan para murid-Nya didasarkan pada kasih, kepercayaan, dan pengetahuan yang mendalam tentang kehendak Allah. Hubungan yang seperti ini memungkinkan para murid-Nya untuk terus belajar dan tumbuh dalam iman mereka, sambil saling mendukung dan memperkuat satu sama lain di dalam persekutuan mereka dengan Yesus dan dengan sesama Kristen. Persahabat dengan Yesus akan menghasilkan iman dan tindakan yang positif dan membangun.

Memiliki sahabat sangatlah berarti dalam hidup, terlebih jika kita menjalin persahabatan dengan Tuhan. Selama ini mungkin kita hanya mengenal Yesus sebagai Bapa, Raja atau Juru Selamat, namun apakah kita sudah mengenal Dia sebagai sahabat ? Mungkinkah kita bersahabat dengan Tuhan ? Sangat mungkin ! Ayat nas menegaskan bahwa Tuhan menyebut anak-anak-Nya sebagai sahabat, sebab Ia ingin selalu dekat dengan kita; Dia ingin berbicara dari hati ke hati dengan kita, ingin bergaul karib dengan kita. Bahkan Ia memberikan nyawa-Nya untuk kita. Tapi kita sering menjauh dari-Nya dan tak pernah punya waktu untuk Dia.

Menjadi sahabat Tuhan adalah bila kita melakukan apa yang Tuhan perintahkan! Karena itu, jadilah sahabat yang baik bagi TUHAN dan sesama manusia. Dan Memiliki teman karib atau sahabat adalah mudah bagi orang yang berpangkat, terkenal dan juga kaya seperti tertulis: “Kekayaan menambah banyak sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya” (Amsal 19:4). Sebaliknya bagi kita yang susah, miskin, gagal dan terpuruk, sangat mudah ditinggalkan atau diabaikan teman dan sahabat. Kita merasa sangat rendah dan membayangkan betapa sulitnya orang mau menjadi sahabat kita, terlebih di zaman sekarang ini susah sekali menemukan a real friend, apalagi sahabat yang “…menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” (Amsal 17:17). Banyak orang berprinsip: “Asal dia menguntungkan, saya mau jadi sahabatnya. Kalau tidak, I am so sorry, I say goodble!”.

Mencari sahabat di antara sesama manusia saja begitu sulit, mana mungkin kita bisa mempercayai bahwa Tuhan Yesus, yang adalah Raja di atas segala raja, Tuhan di atas segala tuhan, mau memilih kita untuk menjadi sahabatNya. Siapakah kita ini? Tapi dari pembacaan firman hari ini Ia berkata, “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.” (Yohanes 15:15). Tuhan menggambarkan hubunganNya dengan kita dalam tingkatan yang intim yaitu sebagai sahabat. Lagi-lagi, Dialah yang lebih dulu memilih kita sebagai sahabatNya, bukan kita. Suatu anugerah yang tak terkira, di mana Yesus Kristus telah memilih kita untuk menjadi sahabatNya.

Persahabataan akan terjalin karena di dalamnya ada kasih di antara dua pihak, ada take and give. Tuhan pun memiliki standar untuk menjalin persahabatan dengan kita. Itulah sebabnya Tuhan memberikan firmanNya dan hukum-hukumNya itu untuk kita. Syarat utama persahabaan dengan Tuhan adalah ketaatan kita terhadap firmanNya (ayat nas). Bersahabat dengan Tuhan berarti mau berjalan dalam terangNya senantiasa karena Ia adalah terang dunia, yang berarti langkah kita seiring dengan langkah Tuhan, berjalan ke mana pun Tuhan menuntun kita, Amien. 


Syaloom 
Doa Saya Kepada TUHAN :
TUHAN MEMBERKATI Bapak dan Ibu Dalam Menjalankan Pekerjaan / Aktivitas / Kegiatan Di Hari Ini Untuk Menjadi Kemuliaan Nama TUHAN dan Sukacita Di Tengah Keluarga Bapak dan Ibu

Dan Juga
TUHAN MEMBERKATI Bapak dan Ibu Diberikan TUHAN Selalu Kesehatan, Sukacita dan Kedamaian Serta Panjang Umur


Teriring Salam & Doa :
Pdt. Martahi Oloan Siahaan, STh, MM

Komentar

Postingan Populer