Renungan Hidup Kristen (RHK), 18 Februari 2025
YOHANES 13 : 34
“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi”
SALING MENGASIHI
Yohanes 13 : 34 menyampaikan bahwa Tuhan Yesus memberikan perintah yang baru, yaitu saling mengasihi, padahal perintah untuk saling mengasihi telah disampaikan sejak Perjanjian Lama, misalnya perintah kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Imamat 19 : 18). Perintahnya sama-sama saling mengasihi tetapi standar atau kualitasnya memiliki perbedaan. Perintah saling mengasihi pada Perjanjian Lama berpusat pada diri sendiri, artinya kita mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Sedangkan Yohanes 13 : 34 memberikan perintah untuk mengasihi sesama seperti Tuhan Yesus mengasihi kita. Hal ini menunjukkan bahwa kasih yang timbul itu karena anugerah keselamatan yang disampaikan kepada kita melalui karya penebusan Tuhan Yesus Kristus. Kasih ini tidak berpusat pada kemampuan manusia, tetapi berpusat pada kasih Allah yang sejati dan tak bersyarat, sehingga manusia dimampukan untuk mengasihi seperti Tuhan Yesus mengasihi umatnya.
Yesus memberi pengajaran dan sekaligus teladan. Ia berkata: “…..supaya kamu saling mengasihi sama seperti Aku telah mengasihi kamu…….” (ayat 34). Melalui ungkapan ini, kita dapat memahami bahwa ketika Ia memberi perintah untuk mengasihi, Ia telah mempraktekkan kasih itu terlebih dahulu, “sama seperti Aku telah mengasihimu….” Yesus tidak hanya pandai berteori tentang kasih, tetapi hidupNya adalah teladan bagaimana mengasihi yang sesungguhnya. Dan salib di bukit Golgota adalah bukti kasihNya yang tiada taranya. Itulah Kasih Agape yaitu kasih yang rela berkorban tanpa pamrih. Kasih (Yunani “agape”) harus merupakan ciri khas para pengikut Kristus (1 Yohanes 3 : 23 ; 4 : 7 – 21). Kasih agape ini pada dasarnya merupakan kasih yang memberi diri dan berkorban demi kebaikan orang lain (1 Yohanes 4 : 9 - 10). Demikianlah, hubungan antara semua orang percaya harus ditandai oleh kepedulian yang bersedia berkorban demi kebahagiaan tertinggi bagi sesama saudara dalam Kristus.
Tuhan Yesus menjelaskan kembali perintah ini dalam Yohanes 15 : 12 – 13, “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” Kristus menjelaskan perintah ini dan menegaskan bahwa sesaat lagi
Dia akan memberikan nyawa-Nya kepada sahabat-sahabat-Nya. Ini adalah kasih yang terbesar yang akan Kristus berikan kepada murid-murid-Nya, karena itu kasihilah saudaramu seperti Aku sudah mengasihi seperti demikian. Inilah perintah baru, sesudah melihat dan mengerti, Aku menyatakan melihat kasih yang terbesar. Ini belum pernah terjadi sebelumnya, seperti Aku mengasihi kamu demikianlah kamu harus saling mengasihi. Bagaimana kita bisa mengasihi seperti Kristus yang menyerahkan nyawa-Nya bagi sahabat-sahabat-Nya ? Kita bukan hanya meniru atau meneladani kasih Kristus, tetapi kita bisa melakukannya, dan bisa secara natural di dalam hidup yang baru itu, kalau kita tinggal di dalam kasih-Nya itu.
Yesus memberikan perintah agar kita saling mengasihi seperti Dia yang telah lebih dulu mengasihi kita. Namun banyak orang berkata, “Aku akan mengasihi kamu jika kamu mengasihiku.” Itulah prinsip kasih dunia: pengorbanan yang bersyarat. Kasih semacam itu bukanlah kasih sejati: “Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu ? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu ? Orang-orang berdosapun berbuat demikian." (Lukas 6 : 32 – 33).
Kasih pada hakekatnya adalah untuk diberikan. Kita tidak dapat mengasihi tanpa memberi atau berbuat sesuatu. Allah telah memberiktan bukti nyata bagaimana Dia mengasihi kita. “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutusNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Saudara-saudara yang kekasih, ikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.” (1 Yohanes 4 : 10 – 11). Ini menunjukkan bukan kita yang mengasihi Allah, namun Allah yang telah mengasihi kita. Bukti lain bahwa Allah sangat mengasihi manusia ialah telah diciptakan-Nya terlebih dahulu dunia ini dan segala isinya: terang, gelap, cakrawala, langit, bumi, binatang, tumbuhan, barulah Dia menciptakan manusia, sehingga manusia dapat menggunakan dan menikmati segala yang disediakan-Nya, Amien.
Syaloom
Teriring Salam & Doa :
Pdt. Martahi Oloan Siahaan, STh, MM
Komentar
Posting Komentar