Renungan Hidup Kristen (RHK), 20 Februari 2025

KEJADIAN 1 : 1
“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”

ALLAH  SEBAGAI  PENCIPTA  DUNIA  DAN  ISINYA

Alkitab tidak memberi tahu kapan Allah menciptakan alam semesta atau bagaimana caranya. Tapi, Alkitab menjelaskan bahwa Allah menciptakan alam semesta dengan ”kekuatan-Nya yang sangat besar dan tenaga-Nya yang luar biasa” (Yesaya 40 : 26). Penciptaan berlangsung selama enam ”hari”. Ini bukan hari yang lamanya 24 jam, tapi jangka waktu yang lamanya tidak diketahui. Di Alkitab, satu ”hari” tidak selalu berarti 24 jam. Misalnya, di Kejadian 2 : 4 dikatakan, ”Pada waktu semuanya diciptakan.” Lalu, ini diulangi dengan kata-kata: ”Pada hari Allah Yehuwa membuat bumi dan langit.” Jadi di sini, kata ”hari” dan ”waktu” punya arti yang sama. Selain itu, ayat ini menyebut keenam hari penciptaan sebagai satu ”hari” saja.
Penciptaan langit dan bumi dilakukan oleh Allah Tritunggal di masa “Pada mulanya” yang menunjuk pada kekekalan. Intinya adalah Tuhan Allah mencipta dari yang tidak ada menjadi ada, dari yang tak berbentuk dan kosong menjadi berbentuk dan berisi. Dan setiap kali Allah selesai menciptakan sesuatu selalu ditutup dengan: “Allah melihatnya baik”, “Allah melihat bahwa semuanya baik”, dan “Allah melihat segala yang dijadikanNya itu sungguh amat baik.”
Allah Menciptakan Dunia ini begitu teratur dan penuh kesempurnaan Allah menciptaka secara berurut yang diawali dengan ada darat, barulah tumbuhan dapat bertumbuh. Lalu Tuhan menciptakan benda penerang, cakrawala, buah, rumput, benda penerang, ikan, burung, dan lain-lain; semuanya itu baik dan Allah sangatlah puas. Dari sini kita dapat melihat bahwa Allah adalah Allah yang teratur. Pengaturan-Nya itu begitu indah nan ajaib dan penuh dengan hikmat Allah yang tak terbatas. Semua orang merasa takjub melihat segala yang Allah ciptakan. Setiap binatang, tumbuhan, semua memiliki keunikannya masing-masing dan dapat beradaptasi dengan tempat mereka bertumbuh.
Intinya adalah Tuhan Allah mencipta dari yang tidak ada menjadi ada, dari yang tak berbentuk dan kosong menjadi berbentuk dan berisi. Dan setiap kali Allah selesai menciptakan sesuatu selalu ditutup dengan: “Allah melihatnya baik”, “Allah melihat bahwa semuanya baik”, dan “Allah melihat segala yang dijadikanNya itu sungguh amat baik."
Di antara semua ciptaan tersebut manusia dikenal sebagai mahkota penciptaan karena hanya manusia yang disebutkan serupa dan segambar dengan Allah (Kejadian 1 : 26 - 27). Dan Allah memandatkan kepada manusia untuk mewakili Dia dalam mengelola bumi yang berpusat di Taman Eden (Kejadian 1 : 26, 28 ; 2 : 8, 15). Namun, sayangnya manusia jatuh ke dalam dosa dan seluruh tatanan kehidupan di bumi ikut rusak dan hancur, imbas dari dosa manusia tersebut. Tatanan yang telah hancur itu tidak mungkin pulih kembali seperti sedia kala, dan manusia yang telah jatuh mustahil dapat melakukannya, hanya Allah sang Pencipta itulah yang dapat melakukan pemulihan total.
Lewat kisah penciptaan, umat Israel belajar tentang Allah yang adalah asal muasal dari segalanya. Itu sebabnya, umat dipanggil hanya untuk menyembah kepada Allah. Umat juga disadarkan bahwa Allah yang mereka kenal adalah Allah yang teratur. Kekacauan yang merupakan keadaan semesta (ayat 1) diubah-Nya menjadi teratur. Dengan demikian, Allah yang umat sembah adalah Allah yang menyukai keteraturan.
Umat memeragakan keteraturan lewat ibadah yang mereka jalani, baik ibadah harian maupun ibadah pada hari Sabat. Dalam rangka memelihara keteraturan itulah, Allah secara khusus menciptakan manusia. Kekhususan ditampakkan lewat adanya percakapan dengan istilah “Kita”, sebelum menciptakan manusia (ayat 26). Tugas manusia juga disebutkan secara khusus, yaitu memenuhi, menaklukkan, dan berkuasa atas bumi serta ciptaan lainnya (ayat 28). Tugas “berkuasa” bukanlah berarti bahwa manusia dapat sewenang-wenang memuaskan hasrat kerakusan dan keserakahannya. Lewat tugas itu, manusia justru dipanggil untuk menjaga dan memelihara bumi dan ciptaan lainnya dalam kondisi baik, sebagaimana saat diciptakan (ayat 31). Sebutan “baik” menunjuk pada fungsi dan keindahan. Artinya, tugas utama manusia adalah merawat ciptaan Tuhan agar tatanan tetap teratur dan indah. Tugas merawat bumi bukanlah tugas yang mudah. Manusia perlu mengelola diri agar dapat hidup dalam keteraturan. Di sini dibutuhkan kemampuan untuk mendisiplinkan diri, berdoa dan membaca Alkitab setiap hari secara berkesinambungan, Amien.


Syaloom
Teriring Salam & Doa :
Pdt. Martahi Oloan Siahaan, STh, MM

Komentar

Postingan Populer