Renungan Hidup Kristen (RHK), 28 Februari 2025

MAZMUR 37 : 27

“Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, maka engkau akan tetap tinggal untuk selama-lamanya”

LAKUKANLAH  YANG  BAIK

Mazmur 37 ditulis oleh Daud pada masa ketika umat Allah sering tergoda untuk mengikuti jalan bangsa lain, beberapa di antaranya menyembah berhala dan hidup dengan cara yang bertentangan dengan hukum Allah. Daud mendorong Israel untuk tetap berdedikasi pada jalan Allah, berjanji bahwa Allah akan memberkati mereka karena kesetiaan mereka. “Tinggal di tanah” sangat berarti bagi orang Israel, karena Tanah Perjanjian melambangkan perjanjian Allah dengan mereka. Perkataan Daud mengingatkan mereka bahwa ketaatan mereka kepada Allah akan menuntun pada keamanan dan berkat di tanah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Pemazmur secara tegas mengajarkan agar orang-orang percaya menjauhi kejahatan dan melakukan kebaikan karena Tuhan mencintai keadilan (ayat 27 – 28). Betapa pun kita menyaksikan kejahatan terus merajalela di tengah dunia ini, kita harus memiliki cara hidup yang benar, yaitu menyatakan kebijaksanaan, mengatakan keadilan, mencintai hukum Allah, dan memiliki pendirian yang kuat (ayat  30 – 31).

Khusus Mazmur 37 : 27 merupakan panggilan untuk menjalani hidup yang menyenangkan Tuhan dengan memilih yang baik daripada yang jahat. Ayat ini mendorong orang percaya untuk secara sengaja menjauhi kesalahan dan secara aktif berusaha melakukan apa yang benar. Ayat ini juga mengandung janji bahwa mereka yang mengikuti jalan Tuhan akan mengalami keamanan dan berkat yaitu untuk “menjauhi kejahatan” dan “berbuat baik.” Berpaling dari kejahatan berarti menghindari tindakan, pikiran, dan kebiasaan yang bertentangan dengan jalan Tuhan. Hal ini menuntut keputusan yang sadar untuk menjauhi segala hal yang berbahaya atau berdosa. Dan  “berbuat baik,” menekankan tindakan aktif yang selaras dengan karakter  Tuhan—membantu orang lain, menunjukkan kebaikan, dan hidup dalam kebenaran.

Kita seringkali menghadapi kenyataan bahwa orang benar hidup menderita, sementara orang fasik hidup sukses dan makmur. Kenyataan ini membuat kita merasa iri dan marah kepada orang fasik karena mereka bebas berbuat jahat (curang, menipu, merancangkan kejahatan terhadap orang benar), tetapi hidup mereka seperti tidak pernah mengalami kesusahan. Kenyataan hidup yang kita dengar dan saksikan sehari-hari tidak jauh berbeda dengan zaman pemazmur.

DI tengah dunia yang penuh kejahatan, orang sering kali merasa bahwa kejahatan semakin bertambah besar. Di satu sisi, karena orang yang berbuat jahat bertambah banyak. Di sisi lain, karena banyak orang benar takut menyuarakan kebenaran. Selama orang benar berdiam diri, maka laju kejahatan akan semakin kencang. Selama orang benar memilih bungkam terhadap kebenaran, maka kabar bohong dan ajaran yang tidak menyehatkan semakin merajalela. Selama orang benar mencari rasa aman untuk dirinya dan tidak mengupayakan perdamaian, maka teror ada di mana-mana. Jika sudah demikian, maka masa depan akan terasa gelap dan tidak berpengharapan.  Dalam Roma 12 : 21 mengatakan,Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!” Ayat ini mengikuti nasihat seperti “Berkatilah siapa yang menganiaya kamu” (ayat 14) dan “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan” (ayat 17)  tetapi kita hanya bisa mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Kebaikan Tuhan lebih kuat dari kejahatan apa pun.

Yesus adalah contoh sempurna dalam mengatasi kejahatan dengan kebaikan: “Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil” (1 Petrus 2 : 23). Dengan menundukkan diri-Nya kepada kejahatan para penangkap-Nya, Dia mengalahkan dosa, setan, dan kematian (Efesus 4 : 8 – 10). Kejahatan mengira ia menang pada hari ketika ia memakukan Kristus di kayu salib. enundukkan diri-Nya kepada kejahatan para penangkap-Nya, Dia mengalahkan dosa, setan, dan kematian (Efesus 4 : 8 – 10). Kejahatan mengira ia menang pada hari ketika ia memakukan Kristus di kayu salib. Namun karena Yesus berserah sepenuhnya pada kehendak dan rencana Bapa-Nya, maka Anak Allah mengalahkan kejahatan mereka dengan kebaikan (Yohanes 1 : 12 ; 3: 16 – 18 ; 20 : 31). Jadi Kita mengatasi kejahatan dengan cara yang sama, yaitu dengan kebaikan. Tuhan berkata bahwa pembalasan adalah milik-Nya dan Dialah yang akan membalasnya (Ibrani 10 : 30). Kita dapat mempercayakan diri kita kepada Tuhan, sama seperti Yesus, dan mengetahui bahwa Dia akan bekerja terhadap perbuatan jahat sekalipun yang dilakukan kepada kita untuk kebaikan kita (Kejadian 50:20; Roma 8 : 28 ; 1 Tesalonika 5 : 22 dikatakan – JAUHKANLAH DIRIMU DARI SEGALA JENIS KEJAHATAN), Amien 

 

Syaloom

Teriring  Salam  &  Doa :

Pdt. Martahi Oloan  Siahaan,  STh,  MM

Komentar

Postingan Populer