Renungan Hidup Kristen (RHK), 03 Maret 2025

Nats :    HAKIM-HAKIM 19 : 20

“Lalu berkatalah orang tua itu: “Jangan kuatir! Segala yang engkau perlukan biarlah aku yang menanggung, tetapi janganlah engkau bermalam di tanah lapang kota ini.”

ALLAH MENUNJUK MANUSIA UNTUK MENOLONG MANUSIA

Bangsa Israel jatuh ke dalam dosa. Mereka tidak ada bedanya dengan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan. Semua terjadi ketika mereka hidup tidak takut lagi kepada Tuhan dan hidup semaunya.Orang Lewi yang seharusnya lebih tahu tentang hukum Tuhan karena dikuduskan untuk menjadi imam atau perantara Tuhan dengan umat-Nya, ternyata perbuatannya sangat jahat. Hidup tidak lagi dalam hukum Tuhan tetapi dalam kedagingan. Semua dilakukan hanya untuk dirinya selamat dan tidak celaka sehingga mengorbankan orang lain. Kelihatannya orang Lewi dalam nas ini begitu mengasihi gundiknya. Ketika gundiknya berbuat serong, ia mau mengorbankan waktu dan tenaganya untuk membujuk dan membawanya pulang (ayat 2 – 3). Bahkan ketika mertuanya menahannya agar tidak cepat pulang, ia masih mau bersabar menunggu sampai 5 hari (ayat 4 – 10). Sejauh ini, tampaknya ia adalah seorang suami yang baik, seorang superhero.

Namun, kepahlawanannya sirna ketika ia memasuki daerah Gibea. Di situ, ia bertemu dengan seorang tua yang mengajaknya menginap di rumahnya. Maka berkatalah ia kepadanya, “Kita sedang berjalan dari Betlehem di Yehuda menuju ke pegunungan Efraim yang terpencil; aku dari sana. Aku telah pergi ke Betlehem di Yehuda; sekarang aku sedang pergi ke rumah TUHAN. Tetapi tidak seorang pun yang mau menerima aku di rumahnya, meskipun kami mempunyai jerami dan makanan untuk keledai kami, juga roti dan anggur untukku, untuk hambamu perempuan, dan untuk bujang yang bersama hambamu; tidak ada yang kekurangan apa pun.”

Dalam Hakim-Hakim 19 : 11 – 21, pria itu mencoba mencari tempat untuk beristirahat malam karena hari sudah gelap sebelum mereka mencapai tujuan mereka. Pelayan itu mengusulkan untuk singgah di antara orang-orang Yebus untuk bermalam dan orang itu menolak untuk tinggal di kota itu karena kota itu adalah negeri asing dan orang-orangnya bukan orang Israel.

Sebaliknya mereka menuju Gibeah dan sayangnya tidak seorang pun menyambut mereka di rumah mereka, kecuali seorang lelaki tua yang juga berasal dari daerah perbukitan Efraim.  Tepat pada saat itu seorang tua datang dari pekerjaannya di ladang pada sore hari, yang juga berasal dari pegunungan Efraim; ia sedang tinggal di Gibea, sedangkan orang-orang di tempat itu adalah orang Benyamin. Lelaki itu membawa mereka ke rumahnya dan memberikan keramahtamahan yang luar biasa dengan membasuha laki tamu-tamunya, memberi tamu-tamunya sesuatu untuk diminum dan dimakan dan lelaki tua itu berkata, “ Semoga damai menyertaimu! Dan semua kebutuhanmu menjadi tanggunganku; hanya saja jangan bermalam di lapangan terbuka.” Maka ia membawanya kerumahnya,

Mungkin kita sering membayangkan diri sebagai superhero. Namun, saat ada kesempatan, jarang ada yang berani mengambil risiko berkorban demi menyelamatkan orang lain. Ternyata, niat saja tidak cukup untuk menjadi seorang pahlawan, tetapi diperlukan juga keberanian.

 

Seperti perkataan Rasul Paulus, kehidupan manusia begitu bobrok jika tanpa Allah (lihat Roma  3 : 10 - 11). Apa yang dialami oleh bangsa Israel pada zaman Kitab Hakim-hakim pun demikian. Pada zaman itu, setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri. Seorang Lewi, yang biasa dihormati layaknya superhero, nyatanya adalah seorang yang mementingkan diri sendiri dan mengorbankan orang lain.

 

Dalam dunia hari ini, kebenaran sering dimaknai secara subjektif dan relatif. Orang kerap hanya melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri. Oleh karena itu, sebagai orang percaya, kita harus menjadikan Allah dan firman-Nya sebagai standar kebenaran. Dalam situasi apa pun, biarlah hanya Tuhan yang menjadi standar kebenaran dan acuan dalam menjalani hidup kita

 

Saat ini pun masih bisa dijumpai orang-orang yang yang hidupnya tidak takut Tuhan. Bahkan banyak orang Kristen atau yang sudah menjadi anak Tuhan tetapi hidup semaunya. Korupsi, mabuk-mabukan, seks bebas, dan perbuatan jahat lainnya yang dilakukan. Kehidupan mereka tidak lebih baik dari pada zaman Hakim-hakim. Mereka tidak menjadi terang dan garam bagi jiwa-jiwa. Bahkan menjadi penghalang atau batu sandungan bagi orang yang tidak kenal Yesus untuk datang kepada Yesus.

KITA HARUS HIDUP TAKUT AKAN TUHAN DAN HIDUP DALAM HUKUM DAN STANDAR-NYA SEHINGGA HIDUP KITA MENJADI TERANG DAN GARAM BAGI BANYAK ORANG.

 

 

Syaloom 

Teriring  Salam  &  Doa :

    Pdt. Martahi  Oloan  Siahaan,  STh,  MM

Komentar

Postingan Populer