Renungan Hidup Kristen (RHK), 17 Maret 2025
Nats : 1 TAWARIKH 29 : 9
“Bangsa itu bersukacita karena kerelaan mereka masing-masing, sebab dengan tulus hati mereka memberikan persembahan sukarela kepada TUHAN; juga raja Daud sangat bersukacita”
PERSEMBAHKANLAH PEMBERIANNMU DENGAN TULUS & SUKARELA
Kitab Tawarikh ini dibagi 2 bagian karena terlalu panjang untuk dijadikan 1 gulungan kitab. Kedua kitab ini menceritakan kembali sejarah bangsa Israel dan menjadi bahan ajar bagi bangsa Israel yang baru kembali dari pembuangan di Babel. Kitab Tawarikh diawali dengan daftar keturunan dari Adam sampai Abraham (1 Tawarikh 1) dan diakhiri dengan cerita Allah mengerakkan hati Koresh, raja negeri Persia yang mengalahkan Babel untuk membiarkan bangsa Israel kembali ke Yerusalem bahkan membantu bangsa Israel membangun Rumah Tuhan dan kota Yerusalem yang telah dihancurkan oleh Babel (2 Tawarikh 36). Kitab Tawarikh mendorong bangsa Israel yang baru kembali dari pembuangan dengan segala keterbatasan membangun kembali kota yang hancur termasuk membangun Bait Suci tempat mereka beribadah kepada Allah.
Salah satu kerinduan terbesar Daud adalah membangun Bait Suci. Daud sangat menginginkan agar rumah Tuhan dibangun sehingga ia juga memberikan kekayaan yang luar biasa untuk pembangunan bait suci ini. Meskipun yang membangunnya Salomo, Daud memulai pidatonya kepada Israel dengan mengatakan bahwa ia telah menyiapkan segala sesuatu bagi putranya untuk membangun bait suci bagi Tuhan. Namun, saya ingin kita melihat bahwa Daud tidak hanya mengumpulkan segala sesuatu dari dalam negeri dan dari bangsa-bangsa lain sehingga perlengkapan bangunan siap. Daud mengumpulkan persembahan sangat besar untuk pembangunan Bait Suci. Ia memberikan hartanya sendiri: 3.000 talenta emas dan 7.000 talenta perak. Satu talenta kira-kira 34 kilogram. Jadi, Daud mempersembahkan 102 ton emas dan 238 ton perak.
Tindakan Daud menginspirasi rakyatnya sehingga mereka pun menyatakan kerelaan untuk turut menyumbang bagi pembangunan Bait Suci. Cinta kepada rumah Allah itulah yang membuat Daud bersedia berkorban dan mengusahakan yang terbaik. Daud bisa saja memakai harta itu untuk kesenangannya sendiri. Namun, ia memakainya untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Dan Umatpun memberikan uang dan batu-batu berharga untuk perbendaharaan bait suci Tuhan. bahwa umat bersukacita karena kesediaan para pemimpin untuk memberi dengan Cuma-Cuma dengan sepenuh hati kepada Tuhan. Yang ditunjukkan adalah keinginan melalui persembahan yang diberikan oleh umat dan para pemimpin. Setiap orang, dari atas sampai bawah, memberi dengan Cuma-Cuma dan sepenuh hati untuk proyek bait suci.
Alkitab mencatat raja Daud adalah salah satu contoh orang yang memberikan persembahan kepada Tuhan dengan sikap hati yang benar. Saat Salomo, anaknya, hendak membangun Bait Suci, ia dengan sukarela dan tulus mempersembahkan harta miliknya.
Daud berkata, “…karena cintaku kepada rumah Allahku, maka sebagai tambahan pada segala yang telah kusediakan bagi rumah kudus, aku dengan ini memberikan kepada rumah Allahku dari emas dan perak kepunyaanku sendiri tiga ribu talenta emas dari emas Ofir dan tujuh ribu talenta perak murni…” (1 Tawarikh 29 : 3 – 4).
Daud membawa bangsa Israel berfokus pada Tuhan, ketika mempersiapkan pembangunan Bait Allah. Fokus kepada Tuhan menanggalkan segala egoisme. Akibatnya mereka dengan sukacita mempersembahkan persembahan sukarela untuk pembangunan Bait Allah. Persembahan seperti inilah yang berkenan kepada Tuhan, karena lahir dari rasa syukur kepada Tuhan yang telah melakukan begitu banyak hal yang baik dalam hidup kita. Sebelum kita memberikan persembahan kepada Tuhan, pastikanlah kita melakukannya dengan sikap hati yang benar, yaitu karena mengasihi Tuhan. Memberikan persembahan sukarela dengan tulus merupakan tindakan iman yang benar. Kita memberi bukan untuk pamer, prestise, dan dihormati. Juga kita memberi bukan karena terpaksa atau dipaksa. Memberi itu harus iklas dan rela.
Jika kita dengan rela memberi akkan mendatangkan sukacita. Memberi dengan terpaksa menimbulkan kesedihan. Seperti kita kehilangan suatu barang atau uang, rasanya seperti sedih dan tidak rela. Tetapi bila kita memberi dengan kerelaan mendatangkan sukacita yang luar biasa, melebihi kita memiliki sesuatu. DNA Allah adalah memberi sehingga Ia memberikan Kristus Yesus bagi kita. Jika kita mewarisi DNA Allah maka memberi merupakan gaya hidup Anda. Setiap hari kita akan memberi dan menerima sukacita yang luar biasa. Persembahan sukarela yang kita beri harus didasari oleh ketulusan hati. Hati yang tulus artinya tidak ada motivasi lain dari persembahan kita selain menyenangkan Tuhan. Hati yang tulus juga berarti hati yang murni, hati yang suci dan hati yang transparan. Orang yang ingin dipuji dalam memberi tidak memiliki ketulusan hati. Hati yang tulus tidak terikat kepada uang tetapi kepada Tuhan.
Persembahan yang kita berikan dengan sukarela menyenangkan hati Tuhan. Tujuan dari persembahan adalah menyenangkan Tuhan. Dengan kata lain kita mengakui bahwa Tuhan adalah pemilik hidup dan harta yang ada pada kita. Kalau kita memberi dengan sukarela, maka kita akan bersukacita untuk memberikannya tidak peduli sebesar apapun yang kita berikan (2 Korintus 9 : 7 ”… jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita”). Berkat Allah akan tercurah bagi hidup Anda kalau pemberikan Anda itu diberikan dengan sukacita. Karena itu, berilah persembahanmu dengan sukarela yang dilandasi hati yang iklas dan tulus kepada TUHAN, Amien.
TUHAN MEMBERKATI Bapak dan Ibu
Teriring Salam & Doa :
Pdt. Martahi Oloan Siahaan, STh, MM
Komentar
Posting Komentar