Renungan Hidup Kristen (RHK), 18 Maret 2025

Nats :   1 TAWARIKH 17 : 27
“Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hamba-Mu ini, supaya tetap ada di hadapan-Mu untuk selama-lamanya. Sebab apa yang Engkau berkati, ya TUHAN, diberkati untuk selama-lamanya"

KASIH  TUHAN  MEMBERKATI  KELUARGA KITA

Dalam 1 Tawarikh 17 : 16 – 27, kita melihat Daud berdoa manyampaikan ucapan syukur kepada Allah atas apa yang telah diperbuat Allah bagi dia dan bangsa Israel. Allah telah menyertai mereka dalam melewati musuh-musuh mereka, dan menganugerahi mereka tempat tinggal yang tetap (1 Tawarikh 17 : 3 – 10, 16). Daud menyebutkan segala kebaikan Allah bagi dia dan menekankan dalam doanya: “Bahwa segala perbuatan Allah itu dilakukan-Nya bukan karena kebaikan dan kemuliaan Daud, tetapi sebaliknya karena kebesaran Allah sendiri” (ayat 16 – 19). Doa Daud ini hendak memperlihatkan bahwa kebaikan-kebaikan Allah tidak boleh membuat manusia menjadi sombong. Sebaliknya, kebaikan-kebaikan Allah mestinya membuat kita menjadi rendah hati. Allah tidak berhutang apa pun pada manusia sehingga Dia harus melakukan kebaikan-kebaikan-Nya tersebut. Pada bagian akhir doanya barulah Daud menyampaikan permintaan singkat, yaitu agar Allah meneguhkan dan memenuhi janji-Nya tentang keturunan Daud yang nanti akan mengokohkan kerajaannya dan membangun Rumah bagi Tuhan (ayat 11 – 14, 23 – 27).


Untuk memulai doanya, Daud masuk ke dalam, kemudian duduklah ia di hadapan TUHAN sambil mengucapkan doanya. Hal ini menunjukkan sikap takjub dihadapan Tuhan. Daud menyebut dirinya hamba (yunani = ‘ebed’ yang memiliki arti seorang hamba yang memiliki tugas penting dan seseorang yang bisa membawa serta berjanji dan memiliki kerinduan membawa keluarganya datang menyembah Tuhan). Daud menghadirkan Ibadah di tengah-tengah keluarganya. Biarlah Ibadah kita tidak hanya di Gereja saja tetapi biarlah ada ibadah, ‘abudah’ di tengah-tengah keluarga dan tempat tinggal kita. Suatu sikap heran, tercenggang dan mengakui perbuatan TUHAN dengan penuh kerendahan hati, kesadaran diri, merasa tak layak dan berkata “Siapakah aku ini, ya TUHAN Allah, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini ?. Daud mengarahkan doanya hanya kepada TUHAN, Ehad Jahweh, Allah yang Esa, satu-satunya TUHAN, tidak ada yang sama seperti Engkau dan tidak ada Allah selain Engkau menurut segala yang kami tangkap dengan telinga kami. Elshadai, Allah Maha kuasa yang menghalau bangsa-bangsa, Allah pembebas. Allah Perjanjian yang meneguhkanlah janjiNya kekal untuk selama-lamanya. Allah semesta alam, Allah pengharapan dan Allah setia yang tidak pernah meninggalkan ciptaan tanganNya. Dengan dasar inilah Daud memberanikan diri untuk memanjatkan doa kehadapan Allah bukan kepada ilah yang lain seperti banyak terjadi saat ini. Bahwa Daud berdoa berarti memohon Berkat sebab TUHAN adalah Allah yang memberkati. Daud memohon kiranya TUHAN berkenan memberkati keluarganya, supaya tetap ada, tetap setia dalam situasi apapun
untuk selama-lamanya sebab “apa yang TUHAN berkati, diberkati untuk selama-lamanya.”.

Di tengah-tengah kesibukan tugas dan pelayanannya sebagai raja, Daud juga menjalankan tugasnya sebagai seorang kepala keluarga. Dia memberikan waktu khusus untuk keluarganya agar terjalin kasih dan kesetiaan kepada Tuhan, berdoa untuk memohon berkat bagi keluarga menjadi tanggung jawab sebagai seorang suami. Walaupun Tuhan telah berjanji kepada Daud tentang kelangsungan kehidupan keluarganya yang diberkati tetapi ia memohon dalam doanya agar janji Tuhan berlaku dalam diri dan keluarganya, yaitu janji berkat seperti yang diungkapakan dalam ayat 27 “Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hamba-Mu ini, supaya tetap ada di hadapan-Mu untuk selama-lamanya. Sebab apa yang Engkau berkati, ya Tuhan, diberkati untuk selama-lamanya”.

Memelihara kesetiaan kepada Tuhan sangat penting bagi persekutuan umat. Kesetiaan itu dibuktikan dalam bentuk ibadah yang benar termasuk di dalamnya berdoa untuk keluarga memohon berkat, penyertaan serta perlindungan dari Tuhan. Kesetiaan kepada Tuhan dengan berseru kepada-Nya adalah kunci keberhasilan keluarga. Ketika kita tidak setia kepada Tuhan maka kegagalan dialami. Namun ketika restorasi terjadi dengan cara mencari Tuhan dengan segenap hati dan berdoa, maka Tuhan memulihkan dan memberkati keluarga kita (Mazmur 127 : 1 – 2 “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah ­- sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur”).

Membangun keluarga dalam kebenaran Firman secara korporat dapat dilakukan dengan mendirikan mezbah keluarga. Suami isteri bersama dengan anak secara bersama dalam waktu yang telah ditentukan, sebaiknya pagi, bila tidak memungkinkan malam. Memuji Tuhan bersama, membaca Alkitab dan berdoa yang dipimpin oleh suami sebagai imam. Tetapi dapat juga secara bergantian. Keluarga yang berdoa, memuji Tuhan dan membaca Firman bersama, akan dapat tinggal rukun bersama sama. Jika engkau tidak membiasakan doa keluarga dan anak-anakmu tidak bertumbuh sebagai orang-orang Kristen di dalamnya, bagaimana mungkin engkau mengharapkan mereka melakukannya kelak. Melihat betapa pentingnya keluarga, itulah sebabnya keluarga harus dibangun di atas dasar yang teguh yaitu firman Allah. Hubungan antara suami, istri; orang tua dan anak akan menjadi indah bila berlandaskan kepada ketetapan firman Allah (Efesus 5 : 22 – 23 dan Kolose 3 : 18 – 21), Amien. 


TUHAN MEMBERKATI Bapak dan Ibu

Teriring Salam & Doa :
Pdt. Martahi Oloan Siahaan, STh, MM

Komentar

Postingan Populer