Renungan Hidup Kristen (RHK), 20 Maret 2025

Nats  :   YOHANES 16 : 33
“Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”

KUATKAN HATIMU DALAM MENGHADAPI PENDERITAAN

Nats ini menerangkan bahwa Yesus memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia datang dari Bapa ke dalam dunia dan akan meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa. Semuanya itu dikatakan-Nya supaya murid-murid beroleh damai sejahtera dalam Yesus dan tidak perlu menjadi panik meskipun mereka akan menderita penganiayaan sebagai murid Yesus. Yesus yang telah mengalahkan dunia yang menganiaya-Nya akan menguatkan murid-murid-Nya menghadapi penganyiayaan yang akan mereka alami.

 
Ada dua pandangan ekstrim mengenai penderitaan. Ada yang mengatakan bahwa anak-anak Tuhan (orang percaya) tidak akan mengalami penderitaan, karena Tuhan Yesus sudah menanggung semuanya di atas kayu salib. Pandangan lain mengatakan bahwa anak-anak Tuhan akan selalu mengalami penderitaan karena dunia membenci kebenaran karena kebenaran selalu menakutkan dan membuat dosa menjadi tidak `indah`. Benarkah kedua pandangan tersebut ?

Alkitab agar dapat menyikapinya dengan benar dan bijak. Alkitab menyatakan bahwa orang percaya menderita di dunia ini karena mereka masih tinggal di dalam dunia yang penuh dengan dosa; atau mereka tidak hidup berkenan di hadapan Allah (1 Samuel 7 : 2 – 3 ; 2 Tawarikh 7 : 14 ; Ibrani 12 : 5 – 6) ; atau dicobai oleh keinginannya sendiri (Yakobus 1 : 14 –15) ; serangan Iblis (seperti Ayub), dan karena melayani Tuhan Yesus (Filipi 1 : 29). Dan dengan Alkitab menyatakan bahwa penderitaan adalah ujian apakah kita tetap hidup dalam kebenaran Allah (Ibrani 12 : 5 – 6) Penderitaan akan memurnikan dan menyempurnakan iman kita (Ibrani 12 : 1 – 4 ; 1 Petrus 1 : 6 – 7). Penderitaan membuat kita tetap rendah hati dan bergantung kepada Allah (2 Korintus 12 : 7 – 9) dan agar Allah dimuliakan dalam hidup kita (Yohanes 11 : 4). Oleh karena itu, marilah kita menyikapi penderitaan dengan tidak tawar hati dan putus asa (2 Korintus  4:16-18), hidup semakin dekat dan berserah kepada Tuhan (Yakobus  5:13a ; 1 Petrus 5 : 7), memegang janji Firman Tuhan bahwa Tuhan tetap akan menolong orang percaya (Yohanes 10 : 29 ; Ibrani 13 : 5 ; Mazmur 50 : 15), mengimani bahwa pada akhirnya mendatangkan kebaikan bagi orang percaya (Roma 8 : 28).

Manusia itu pada dasarnya tidak suka penderitaan tetapi yang disukainya adalah kenyamanan. Tetapi masalahnya bahwa penderitaan atau krisis itu bisa datang dengan sendirinya tanpa kita undang terlebih dahulu sebab penderitaan, masalah, pergumulan dan krisis adalah bagian dari kehidupan manusia.

Seringkali kita sebagai orang Kristen mengalami penderitaan. Sepanjang usia kita, penderitaan datang silih berganti. Satu penderitaan belum selesai, penderitaan lain sudah datang menghampiri kita. Dengan nada marah, kita berkata: ”Kalau Tuhan itu ada dan mengasihi, kenapa saya menderita ?
Ada cerita tentang Seorang calon juara tennis yang amat memberi harapan, tiba-tiba mendapat kecelakaan dan harus kehilangan tangan kanannya. Apakah dengan demikian, hilang pula harapannya untuk menjadi juara? Untuk sementara barangkali demikian. Tetapi orang ini tidak mau mengalah pada keadaan. Ia mulai lagi bertekun berlatih diri dengan tangan kirinya, dan akhirnya ia bisa menjadi juara. Begitulah selalu dengan penderitaan. Kita mengalahkannya atau kita dikalahkannya. Kita dikalahkannya berarti kita rela mematikan diri sendiri, sebelum kita mati. Kita mengalahkannya berarti kita tetap hidup betapapun keadaan kita.

Penderitaan tidak pernah menjadi kata akhir dalam hidup kita, kecuali diri kita sendiri merelakannya. Tetapi bagi orang Kristen, Rasul Paulus mengatakan bahwa kita harus berjuang terus “sebagai prajurit yang baik dari Yesus Kristus”. Kita tidak boleh dikalahkan, tetapi harus mengalahkannya. Seperti Yesus Kristus. Ia merangkul penderitaan itu bukan untuk menjadi mangsa dan korban darinya, tetapi untuk mengubahkannya. Bahwa mulai dari penderitaan itulah, terlahir kemenangan dan kehidupan yang sebenarnya. Bukan saja untuk dirinya sendiri, tetapi untuk seluruh umat manusia. Itulah penderitaan. Kita tak perlu melarikan diri dari padanya. Bahkan sebaliknya harus merangkulnya, bukan sebagai sikap pasrah yang menyerah, tetapi untuk mengalahkannya.

Ketika mengalami penderitaan apapun itu, maka reaksi yang ditunjukkan seseorang bisa saja berbeda satu sama lain. Tetapi harus diakui, umumnya tidak ada orang yang suka dengan penderitaan. Namun suka atau tidak, penderitaan pasti akan dialami dan harus siap dihadapi oleh siapapun termasuk orang percaya.

Dalam menghadapi penderitaan, mungkin saja orang percaya menjadi goyah. Memang mereka diperintahkan untuk bersabar, tetapi tidak semua orang punya keteguhan hati yang sama. Karena itu, mereka didorong untuk tetap teguh dan setia berpegang pada iman karena Tuhan tidak pernah lalai menepati janji-Nya untuk menolong umat-Nya. Dan Jangan berkeluh kesah agar tidak saling menyalahkan dan jangan bersungut-sungut karena orang yang berkeluh kesah tidak akan membangun siapapun, malah bisa saling menyalahkan atau menjatuhkan. Dan karenanya, maka penghakiman juga akan berlaku bagi mereka yang tidak menjaga perkataannya (Yakobus 3 : 1 – 12 ; 4 : 11 – 12), Amien.

TUHAN MEMBERKATI Bapak dan Ibu

Teriring Salam & Doa :
Pdt. Martahi Oloan Siahaan, STh, MM

Komentar

Postingan Populer