Renungan Hidup Kristen (RHK), 25 Maret 2025
Nats : FILEMOM 1 : 4 – 5
“Aku mengucap syukur kepada Allahku, setiap kali aku mengingat engkau dalam doaku, Karena aku mendengar tentang kasihmu kepada semua orang kudus dan tentang imanmu kepada Tuhan Yesus"
IMAN DAN KASIH
Filemon adalah orang Kristiani kaya dan berpengaruh di kota Kolose. Ia mengenal Kristus melalui pelayanan Rasul Paulus. Di rumahnyalah persekutuan jemaat berkumpul. Kemudian seorang budaknya yang bernama Onesimus melarikan diri dengan mencuri harta tuannya. Tapi Onesimus tertangkap dan dipenjara. Di sanalah ia bertemu dengan Paulus yang juga dipenjarakan karena memberitakan Injil. Berkat pelayanan Paulus, Onesimus percaya kepada Kristus dan hidupnya berubah, sehingga Paulus sendiri menganggapnya sebagai anak. Onesimus pun membantu serta melayani Paulus selama di penjara. Dalam Kitab Kolose 4 : 9, kita tahu bahwa nantinya Onesimus menjadi rekan pelayanan Paulus dan menyebutnya “saudara seiman kita yang setia dan terkasih”. Berarti, Filemon menerima permintaan sulit yang disampaikan oleh Rasul Paulus. Ia mengampuni serta menerima Onesimus. Statusnya sebagai budak dilepaskan dan ia dimerdekakan. Kebesaran hati Filemon ini turut mengubah hidup Onesimus. Memang, dibutuhkan pengorbanan, kerelaan mengampuni, keluasan hati untuk memberi kesempatan kepada orang-orang yang gagal. Itulah juga makna Injil. Kiranya kita menghidupinya.
Lalu Paulus mengirim surat kepada Filemon, agar ia berkenan menerima Onesimus kembali. Menerimanya sebagai saudara, bukan sebagai budak. Paulus menjadikan dirinya penjamin atas perubahan hidup Onesimus. Bahkan soal perhitungan kerugian finansial, Paulus bersedia menggantinya. Bukti sebagai orang yang sudah menerima firman Allah, dan bertumbuh dalam iman, seharusnya adanya pengujian, terutama lulus melalui ujian tersebut. Dan sekalipun kita telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, namun kita masih perlu membiarkan hati serta pikiran kita dikenali dan diselidiki oleh-Nya. (1 Korintus 8 : 3).
Dalam ayat 4-5, paling tidak ada dua hal signifikan dalam perkataan Paulus mengenai Filemon yang saling berkaitan dan sesuai dengan tujuan Paulus menuliskan surat ini. Pertama adalah aku mendengar tentang kasih dan imanmu. Pujian Paulus atas Filemon ini menunjukkan dua karakteristik utama seorang Kristen. Filemon memiliki iman terhadap Kristus dan memiliki kasih terhadap sesamanya. Di dalam kedua hal inilah semua perilaku dan kewajiban orang Kristen nampak. Filemon merealisasikan kasihnya terhadap orang kudus, ia bermurah hati menyediakan rumahnya sebagai tempat berbakti orang percaya di Kolose. Kedua, Paulus menulis, agar persekutuanmu di dalam iman turut mengerjakan pengetahuan akan yang baik di antara kita untuk Kristus. Dengan kata lain, Paulus berdoa, semoga Filemon dengan caranya selama ini bermurah hati dapat memimpinnya untuk lebih dan lebih dalam lagi pada pengetahuan akan hal-hal baik, yang menuntunnya pada Kristus. Iman kepada Kristus dan kasih kepada sesama saudara seiman merupakan 2 hal yang terpenting
dalam kerohanian kita. Karena mendengar tentang 2 hal yang baik dalam diri Filemon inilah maka Paulus selalu mengucap syukur pada waktu ia berdoa untuk Filemon.
Iman dikatakan ‘kepada Tuhan Yesus’ karena iman kita memang khususnya memandang kepada Kristus, dan tidak ada jalan lain selain melalui Dia melalui mana Allah bisa dikenal. Juga di luar Dia tidak ada berkat yang bisa kita temukan. Dan ‘Kasih kepada semua orang kudus’ tidak berarti bahwa kita tidak harus mengasihi orang-orang non kristen. Tetapi memang kasih kepada orang percaya harus lebih diutamakan (Galatia 6 : 10 – “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman”).
Dari kedua kalimat ini Paulus memperlihatkan bahwa Filemon adalah seorang Kristen yang sudah memiliki ciri orang Kristen, tetapi Paulus mengharapkan Filemon bertumbuh lagi dalam kemurahan hatinya. Paulus meminta Filemon untuk bermurah hati lebih daripada apa yang biasa ia lakukan. Dengan demikian, sesungguhnya Paulus menguji kembali kasih dan iman yang sudah ada di dalam diri Filemon. Kali ini Paulus menantang Filemon untuk merealisasikan kasih dan imannya untuk membuka tangan dan hatinya lebih luas agar berbelas kasih kepada orang yang dianggap rendah dalam strata masyarakat, bahkan sudah bersalah kepadanya.
Bagian ini menunjukkan, selama apapun kita menjadi orang Kristen, dan seberapa baik karakter kita, pasti ada hal yang terus perlu kita ubah dan kembangkan. Meskipun kita sudah memiliki kasih dan iman, kita terus perlu berproses di segala kondisi atau situasi. Melalui perenungan kita ini, Roh Kudus juga mau mengingatkan kita, seberapa besar hati kita dikuasai kasih Kristus yang sanggup menerima dan mengasihi orang yang bersalah kepada kita atau orang yang dianggap tidak layak dikasihi oleh orang lain.
Perlu mendapatkan perhatian, bahwa ia pada saat yang sama berdoa untuk hal untuk mana ia ‘mengucap syukur’. Bahkan orang yang paling sempurna, selama mereka hidup dalam dunia ini, tidak pernah mempunyai dasar yang begitu baik untuk ucapan selamat sehingga tidak membutuhkan doa-doa, supaya Allah memberikan kepada mereka, bukan hanya untuk bertekun sampai akhir, tetapi juga untuk bisa maju dari hari ke hari) bahwa ucapan syukur merupakan sebuah tindakan terakhir, atau menjadi respon atas terjawabnya doa kita lalu kita bersyukur dan berdoa setelah itu berhenti bersyukur dan tidak lagi berdoa untuk hal itu. Kita mungkin sering menganggap pengucapan syukur sebagai tindakan terakhir. Misalnya kalau kita berdoa untuk suatu hal, dan setelah doa itu terkabul, kita lalu bersyukur, dan lalu berhenti berdoa untuk hal itu. Tetapi Paulus tidak demikian. Ia bersyukur, tetapi terus berdoa untuk hal tersebut, Amien
TUHAN MEMBERKATI Bapak dan Ibu
Teriring Salam & Doa
Pdt. Martahi Oloan Siahaan, STh, MM
Komentar
Posting Komentar