Renungan Hidup Kristen (RHK), 04 April 2025

Nats  :  HAGAI 1 : 9 b
“Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri”

MENGUTAMAKAN DIRI SENDIRI DARIPADA TUHAN

Nabi Hagai hanya sedikit sekali muncul dalam Alkitab. Selain dari kitab yang mencatat pesan-pesannya, hanya Ezra yang menyebut namanya, yaitu dalam Ezra 5 : 1, 6 : 14, yang dengan sekilas menghargai pengaruh baik dari nubuat nabi itu. Namanya mengandung arti bahwa ia dilahirkan pada hari perayaan keagamaan. Secara umum kitab Hagai berisi peringatan yang disampaikan secara umum kepada seluruh rakyat Israel yang telah kembali dari pembuangan. Tahun 520 SM, Nabi Hagai memperingati umat bahwa waktu telah habis. Umat Allah telah cukup lama menunda pembangunan kembali Bait Suci. Hagai bersama Nabi Zakharia (Ezra 5 : 1 – 2) menantang dan mendorong umat menyelesaikan pembangunan kembali Bait Suci. Pembangunan pun dimulai lagi. Dan pada akhirnya pembangunanpun selesai dan diresmikan tahun 515 (Ezra 6 : 13 – 15).
Kitab Nabi Hagai adalah salah satu kitab nabi-nabi kecil yang dicatat dalam Perjanjian Lama, tahun 538 SM, raja Koresh mengizinkan orang-orang Yahudi yang telah ditawan di Babel selama 70 tahun pulang ke Yerusalem (Ezra 1 : 2 – 4). Pada saat itu kurang lebih 40 ribu orang kembali bersama gubernur Zerubabel dan Imam Besar Yosua, mereka mulai membangun bait suci yang telah dihancurkan tahun 587 SM. Fondasi bait suci pun mulai diletakkan, namun ada sekelompok orang menentang pembangunan tersebut dan merecoki pembangunannya, sehingga pembangunan Bait Allah itu terhenti.

Sekitar lima belas tahun kemudian pembangunan bait suci tidak ada kemajuan. Namun demikian tahun 522 SM, Darius raja Persia berikut, mendorong orang-orang Yahudi supaya memulai lagi pembangunan (Ezra 4 : 24). Namun umat mengeluh bahwa mereka tidak bisa meneruskan pembangunan, sebab panen tidak cukup, makanan sedikit, dan uang kurang (Hagai 1 : 1 – 6). Orang-orang tidak menanggapinya dengan serius dan cenderung meremehkan ajakan nabi Hagai. Mereka enggan mendirikan Bait Suci lagi dan lebih suka mendirikan rumah mereka sendiri. Ini menunjukkan bahwa mereka lebih mementingkan diri sendiri dari pada perkara-perkara rohani.

Sebagai akibat dari cara hidup mereka yang suka mencari-cari alasan dan mementingkan diri sendiri, orang-orang di zaman Hagai mengalami kesulitan. Ia melanjutkan: “Beginilah firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah baik-baik hidupmu: Kamu menabur banyak, tetapi menuai sedikit; kamu makan, tetapi tidak pernah merasa cukup; kamu minum, tetapi tidak pernah merasa cukup untuk mabuk; kamu berpakaian, tetapi tidak pernah merasa cukup untuk menghangatkan diri; seorang pekerja memasukkan upahnya ke dalam pundi-pundi yang berlobang” (Hagai 1 : 5 – 6). Mereka menabur banyak benih, tetapi terjadi kekeringan dan panen tidak sebanyak yang mereka harapkan. Mereka menjalani gaya hidup yang aktif, tetapi tidak merasakan kepuasan. Mereka bekerja keras, tetapi tidak menunjukkan hasil. Tidak peduli seberapa keras mereka berusaha, mereka tampaknya hanya berputar-putar. Tidak peduli berapa banyak uang yang mereka hasilkan, mereka tidak dapat menyimpannya. Tahukah Anda bagaimana rasanya? Karena keegoisan mereka, umat kehilangan berkat Tuhan. Hagai menunjukkan sebuah pengingat yang serius: Apa yang terjadi dalam hati Anda memengaruhi setiap bagian lain dari kehidupan Anda. Karena umat telah menyingkirkan Tuhan dari pusat, mereka menderita di setiap area. Selalu mudah untuk mencari alasan ketika Anda tidak mau menaati Tuhan. Kita selalu dapat menemukan pembenaran rasional untuk tidak melakukan apa yang Tuhan inginkan: Waktunya belum tepat. Saya punya tanggung jawab keluarga. Anak-anak saya membutuhkan saya sekarang. Ketika keadaan di tempat kerja sudah tenang, barulah saya dapat melakukan sesuatu. Langkah pertama untuk mengutamakan hal-hal yang utama adalah mengakui tanggung jawab kita.

Pola pikir egois yang merasuki segala hal sangat erat kaitannya dengan mencari-cari alasan. Hagai menantang perilaku egois orang-orang. “Firman TUHAN datang melalui nabi Hagai: “Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani, sedangkan Rumah ini tetap menjadi reruntuhan ?” (Hagai 1 : 34). Rumah-rumah berpanel dapat berarti “tertutup” atau “beratap,” tetapi intinya adalah bahwa rumah itu melambangkan sentuhan akhir. Rumah-rumah mereka tidak “dalam proses.” Tidak ada rumput liar yang tumbuh di sekitar fondasi mereka yang belum selesai. Rumah-rumah mereka telah selesai sementara Bait Suci tetap tidak ada. Dan yang aneh sibuk, tidak punya waktu, dan sejenisnya justru menjadi kebanggaan manusia masa kini. Padahal dampak dari kesibukan yang berlebihan seringkali hanya berujung dengan kecemasan, kegelisahan dan kekosongan. Memang banyak hal yang perlu diurus dalam hidup ini. Mulai dari urusan keluarga, misalnya membersihkan rumah, mengasuh anak, mengantar ke sekolah, menyiapkan makanan,…dll. Belum lagi urusan pekerjaan di kantor, di toko atau tempat usaha, dengan seribu satu macam persoalan yang akan ditemui. Dan ternyata masih ada kegiatan Gereja pada hari minggu dengan semua program pelayanan dan segala persoalannya yang ikut menyedot waktu, pikiran, tenaga dan perhatian kita. Maka lengkaplah sudah jika kita menjadi manusia yang super sibuk. Sama seperti yang dilakukan Marta krtika Yesus datang kerumahnya. Memang yang dilakukan oleh Marta tentu suatu hal yang penting sebagai tuan rumah yang baik. Tetapi tentu saja hal itu bukan sesuatu yang mendesak. Apalagi jika dilakukan dengan sungut-sungut, protes, kuatir dan menyalahkan orang lain dan juga Tuhan (baca Lukas 10 : 38 – 42) tetapi lakukanlah semua itu untuk kemuliaan Allah (1 Korintus 10 : 31). Dalam hal yang sehari-hari dan tampak sepele pun kita harus menjadikan Tuhan sebagi pusat dan prioritas karena Dialah yang menciptakan kita dan yang telah menebus kita, sehingga kita hidup bukan untuk diri sendiri tetapi untuk Dia yang telah mati dan bangkit bagi kita (2 Korintus 5 : 15), Amin.

TUHAN MEMBERKATI Bapak dan Ibu

Teriring Salam & Doa :
Pdt. Martahi Oloan Siahaan, STh, MM

Komentar

Postingan Populer