Renungan Hidup Kristen (RHK), 08 April 2025
Nats : 1 TIMOTIUS 2 : 1
“Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang”
LAKUKANLAH DOA SYAFAAT DAN UCAPAN SYUKUR
Pada masa pemerintah Kaisar Romawi berkuasa serta para gubernur yang memimpin wilayah bersikap menindas terhadap orang Kristen, disaat inilah Rasul Paulus menulis suratnya pertama kepada Timotius. 1 Timotius 2: adalah pasal yang ditulis sesudah penganiayan gereja yang pertama kalinya oleh kaisar Nero. Tetapi setiap tahun kaisar Nero makin terlibat dalam kejahatan, bukan hanya orang orang sendi rumah saja tetapi kaum bangsawan pun dan senat rumah pun dipenuhi dengan ketakutan. Inilah yang menjadi latar belakang nasehat rasul Paulus kepada semua orang percaya saat itu untuk berdo’a Syafa’at bagi semua orang (Doa Syafaat yun: “enteuxeic” artinya: “perjumpaan” atau “pertemuan.” / “Ucapan syukur” yun: “eucharistia” doa ucapan syukur dengan penuh Sukacita harus menjadi unsur yang penting dalam setiap doa doa kita, juga di dalam doa Syafaat). Jadi Doa Syafaat adalah Doa Jemaat yang bersungguh hati mengasihi Tuhan Yesus dan mengasihi sesama, yang merindukan setiap orang memperoleh keselamatan dari Tuhan Yesus.
Doa syafaat yang pertama kali dicatat dalam Alkitab adalah doa yang dinaikkan oleh Abraham untuk Sodom. Sebagai umat Tuhan kita juga harus belajar untuk memiliki hati yang penuh kasih ilahi sehingga kita bisa menaikkan doa syafaat dengan benar dan memperkenankan Tuhan. Dari peristiwa yang dicatat dalam Kejadian fatsal 18 kita dapat mempelajari prinsip-prinsip penting dalam doa syafaat untuk kita aplikasikan dalam hidup kita sehingga kita juga mendapatkan kuasa doa syafaat itu! Pelayanan di dalam gereja sangatlah terbatas namun pelayanan doa syafaat tidak terbatas, tidak terbatas oleh jarak dan waktu! Dapat dikerjakan kapan pun juga, dan juga dapat menjangkau orang di mana pun juga. Semua orang percaya seharusnya bisa mengerjakan pelayanan doa syafaat, suatu pelayanan yang bermutu tinggi karena tidak tampak secara langsung di depan mimbar. Namun justru inilah bentuk pelayanan tingkat tinggi karena harus bersumber dari hati yang penuh belas kasihan seperti hati Tuhan Yesus.
Paulus mencantumkan empat jenis doa yang harus digunakan baik dalam kelompok doa bersama maupun dalam kehidupan doa pribadi: 1) permohonan, 2) doa, 3) permohonan syafaat, dan 4) ucapan syukur. Baik berdoa di depan umum maupun bersekutu dengan Tuhan secara pribadi, doa harus dipanjatkan untuk semua orang – dan sebagai orang percaya, kita harus menyadari hak istimewa dan nilai yang berbeda dalam mendekati Bapa Surgawi kita dalam doa.
Seluruh pendekatan kita kepada Tuhan dalam kehidupan doa kita haruslah berupa rasa hormat dan rasa syukur, kerendahan hati, kepercayaan, dan kasih. Dan kita tidak boleh berat sebelah dalam doa-doa kita karena kita dipanggil untuk berdoa bagi SEMUA orang, yang diselamatkan dan yang terhilang, yang kaya dan yang miskin, yang terluka dan yang merasa puas diri, dan kita bahkan harus berdoa bagi musuh-musuh kita dan mereka yang memperlakukan kita dengan buruk.
Bila kita ingin hidup berkenan kepada Allah yang telah menebus manusia melalui pengorbanan Kristus (1 Timotius 2 : 6), seharusnya kita tekun berdoa bagi pemerintah, walaupun para pejabat negara belum tentu bertindak secara baik dan benar. Melalui doa kepada Allah, kita memohon agar para penguasa diberi hikmat dan hati yang baik untuk mendatangkan ketenangan serta ketenteraman bagi rakyat (1 Timotius 2 : 2). Allah juga menghendaki agar orang yang belum percaya dapat diselamatkan (1 Timotius 2 : 4). Melalui doa orang percaya, semoga Allah memberikan anugerah-Nya, sehingga mereka yang belum mengenal Allah menjadi percaya kepada Kristus. Apakah Anda tekun mendoakan pemerintah?
Sebagai contoh, Rasul Paulus didera dan dipenjara di Filipi tanpa melalui proses peradilan yang adil (Kisah Para Rasul 16 : 19 – 24). Kristus pun mengalami sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, gubernur Romawi pada masa itu. Walaupun situasi seperti itu, Rasul Paulus menasihati pembaca surat 1 Timotius untuk mendoakan semua orang, termasuk mendoakan para penguasa Romawi (2:2). Saat ini, jelas bahwa umat Kristen juga harus bersyukur dan mendoakan pemerintah yang berkuasa, lepas dari kepuasan penilaian publik terhadap kinerja dan sikap sang pemimpin, serta lepas dari posisi atau pilihan politik pribadi. Kita harus mendoakan para pemimpin karena tindakan mendoakan itu memuliakan Allah (1 Timotiu 2 : 3).
Salah satu tokoh Alkitab yang tidak pernah lelah berdoa bagi orang lain adalah Rasul Paulus. Dalam surat-suratnya, Paulus selalu menekankan pentingnya berdoa. Ia selalu berdoa bagi jemaat yang dilayaninya, dan sebaliknya, ia meminta mereka juga berdoa baginya. Alkitab menyatakan bahwa mendoakan orang lain itu penting, karena itu adalah salah satu perintah dalam Perjanjian Baru. Kita diperintahkan untuk mendoakan semua orang (1 Timotius 2 : 1 – 4), bahkan bagi orang yang memusuhi kita (Matius 5 : 44). Dengan mendoakan orang lain, kita mengalihkan fokus dari diri sendiri kepada orang lain di sekeliling kita sebagai wujud kepedulian, dukungan, dan kesatuan di dalam Kristus. Kita juga meneladani Kristus yang berdoa bagi kita (Yohanes 17 : 9). Berdoalah bagi seseorang, terutama jika Anda mengetahui kebutuhan khususnya, dan beritahukanlah kepadanya, “Saya mendoakanmu!” Itu dapat menguatkan dan menambah sukacitanya. Ketika kita “saling membantu menanggung beban orang,” kita mentaati perintah Kristus. Maka marilah kita “Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu Berjaga-jagalah ambil mengucap syukur” (Kolose 4 : 2 ).
TUHAN MEMBERKATI Bapak dan Ibu
Teriring Salam & Doa :
Pdt. Martahi Oloan Siahaan, STh, MM
Komentar
Posting Komentar