Renungan Hidup Kristen (RHK), 09 April 2025
Nats : YOEL 2 : 13
“Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya”
KOYAKAN
HATIMU DAN BERBALIK KEPADA
TUHAN
Nabi Yoel (arti dari nama Yoel adalah: “Tuhan (Yahweh/Yehovah) adalah Allah (El/Elohim)” anak dari Petuel. Ia bernubuat sezaman dengan Nabi Amos dan Hosea pada tahun +750 sM di Israel Selatan dan ia sendiri lebih dikenal sebagai nabi Kultis karena ia berkarya atau bekerja di Bait Allah yang banyak menyoroti kehidupan umat Tuhan di Yerusalem atau di Kerajaan Yehuda (Israel Selatan). Bahkan ketika Yoel menyampaikan pemberitaannya, pada waktu itu terjadi kekosongan pemerintahan di Yehuda dan kendali pemerintahan ada di bawah pemimpin rohani yang terkemuka pada waktu itu yakni para Imam.
Menyikapi keadaan yang akan terjadi di kemudian hari, nabi Yoel mengajak semua pemimpin rohani Yehuda agar memimpin umat Tuhan datang kepada pertobatan dengan cara berdoa dan berpuasa (Yoel 1 : 13 – 14). Jika pertobatan sungguh-sungguh terjadi, maka dalam bahasa nabi Yoel: “Siapa tahu, mungkin IA mau berbalik dan menyesal, dan ditinggalkanNya berkat (Yoel 2:14)”.Jika umat menyatakan pertobatan yang sungguh, maka janji-janji pemulihan serta pencurahan Roh Kudus akan dinyatakan Allah kepada umatNya (Yoel 2 : 12 – 17). Karena itu nabi Yoel merencanakan perkumpulan raya yang kudus lalu mengundang para imam dan seluruh bangsa untuk secara sungguh-sungguh memohon kemurahan Allah melalui pertobatan, puasa dan syafaat di hadapanNya (Yoel 2 : 12 – 17) dalam menjaga dan memelihara kekudusan. Allah memakai nabi Yoel untuk memperingatkan umat Tuhan bahwa jika tidak ada pertobatan maka hukuman Allah telah tersedia bagi mereka, dan hal itu tidak dapat ditunda-tunda lagi. Kehidupan umat Tuhan pada zaman nabi Yoel sangatlah memprihatinkan. Kemerosatan moral merajalela, para pemimpin umat tidak lagi hidup sesuai dengan kehendak Tuhan sehingga mereka tidak dapat menjadi panutan bagi umat.
Seruan untuk mengakui kesalahan dan bertobat juga disampaikan oleh Yoel kepada bangsa Israel. Atas setiap kesalahan dan dosa mereka, Yoel meminta pengakuan kesalahan tersebut untuk tidak hanya menjadi sebatas pengakuan belaka tanpa ada perubahan sikap, tetapi Yoel mengajak mereka untuk mengakuinya di hadapan Tuhan dengan kesungguhan hati. Mengakui kesalahan dengan kesungguhan hati berarti bahwa ada kesediaan diri untuk merubah sikap mereka untuk bersedia dibimbing dalam kasih-Nya. Sekalipun sangat berat untuk mengakui kesalahan diri sendiri, tetapi hanya dengan demikianlah maka mereka dapat beroleh kasih pengampunan dari Tuhan. Karena Tuhan akan mencabut hukuman-Nya, serta membimbing hidup mereka yang mau mengakui kesalahan dan berbalik kepada-Nya, sehingga mereka beroleh ketenteraman.
Mengoyakkan pakaian dan tanda-tanda emosi agamawi yang tampak dari luar, mudah untuk dilakukan dan seringkali munafik; tetapi merasakan pertobatan sejati adalah hal yang jauh lebih sulit, dan alhasil jauh lebih tidak lazim. Orang akan taat pada peraturan upacara yang paling rumit dan rinci — sebab hal-hal itu menyenangkan daging — tetapi agama yang sejati terlalu merendahkan hati, begitu menyelidiki hati, terlalu teliti bagi selera manusia daging; mereka lebih suka pamer, yang lemah, dan yang duniawi. Ketaatan lahiriah nyaman untuk sementara; mata dan telinga disenangkan; keangkuhan diri dipuaskan, dan pembenaran diri ditinggikan: tetapi semuanya pada akhirnya menyesatkan, karena dalam saat kematian, dan pada hari penghakiman, jiwa kita membutuhkan sandaran yang lebih substansial daripada sekedar upacara dan ritual keagamaan. Tanpa kesalehan vital, semua agama sungguh sia-sia; demikian pula tanpa hati yang tulus, setiap bentuk ibadah adalah tiruan yang khusyuk dan penghinaan yang lancang kepada Yang Mahabesar di sorga.
Mengoyakkan hati dikerjakan secara ilahi dan dirasakan secara khidmat. Mengoyakkan hati merupakan kesedihan rahasia yang dialami secara pribadi, bukan sekedar merupakan bentuk, tetapi sebagai pekerjaan Roh Kudus yang mendalam, yang menggerakkan jiwa dalam setiap orang percaya. Mengoyakkan hati bukan hal yang tinggal dibicarakan dan dipercayai saja, melainkan harus dengan tajam dan peka dirasakan setiap anak yang hidup dari Allah yang hidup. Mengoyakkan hati merendahkan diri kita secara dahsyat, dan menghapuskan dosa secara menyeluruh; tetapi juga merupakan persiapan yang manis untuk penghiburan yang penuh rahmat, yang tidak dapat diterima roh-roh yang sombong dan memegahkan diri; mengoyakkan hati juga membedakan secara jelas umat yang dipilih Allah, sebab tindakan ini hanya ada pada mereka.
Ayat ini menyuruh kita mengoyakkan hati kita, tetapi hati kita secara alami keras seperti batu pualam: kalau begitu, bagaimana mungkin dilakukan? Kita harus membawa hati kita ke Kalvari: suara Juruselamat yang sekarat itu pernah mengoyak batu karang, dan saat ini pun sama berkuasanya. Oh Roh yang terpuji, izinkan kami mendengar tangisan kematian Yesus, agar hati kami terkoyak seperti orang mengoyak pakaiannya waktu meratap. Oleh karena itu, dibutuhkan hati yang mau merendah untuk bisa melakukannya. Karena, jikalau kita tidak berani memaafkan diri sendiri maka kita akan selalu dikejar oleh perasaan bersalah yang akhirnya membuat kita tidak tenteram hati. Dibutuhkan pengorbanan hati dan keberanian untuk mengakui kesalahan dan merubah sikap. Namun dengan demikian maka kita dapat mengerti dan memahami betapa Allah sangat mengasihi kita, sehingga kita pun dapat merasakan ketenteraman hidup dalam kasih setia-Nya atas kita.
TUHAN MEMBERKATI Bapak dan Ibu
Teriring Salam & Doa :
Pdt. Martahi Oloan Siahaan, STh, MM
Komentar
Posting Komentar