Renungan Hidup Kristen (RHK), 16 April 2025
Nats : DANIEL 6 : 11
“Lalu orang-orang itu bergegas-gegas masuk dan mendapati Daniel sedang berdoa dan bermohon kepada Allahnya”
TETAP SETIA DALAM IMAN UNTUK MENGHADAPI TANTANGAN
Daniel adalah nama dari orang Ibrani (dani’el artinya Allah adalah Hakim-ku). Daniel terlahir sebagai bangsawan dan lahir sekitar tahun 625 SM (Daniel 1 : 3 – 4) dan hidup dalam pengasingan di Babel, menghadapi tekanan dan ancaman besar karena kesetiaannya kepada Allah. Melalui kisah ini, kita diajak untuk meneladani keberanian Daniel dalam menghadapi tantangan hidup dan tetap setia kepada Tuhan.Ia mendapatkan pelajaran yang sangat keras melalui pengalaman hidupnya yakni ia dibawa ke dalam pembuangan oleh raja Nebukadnezar. Pada saat mengalami pembuangan itu, Daniel berusia sekitar 20 tahun dan terkenal dengan ketaatan dan kesetiaanya kepada TUHAN, Allah Israel dan sekaligus mampu menjadi saksi iman di tengah pembuangannya di Babel. Pada masa itu, kerajaan Babel telah jatuh ke tangan Medo-Persia, dan Raja Darius dari menguasai wilayah tersebut.
Darius mengatur pemerintahan dengan membagi wilayahnya menjadi 120 provinsi yang masing-masing dipimpin oleh seorang satrap atau gubernur. Di antara para satrap tersebut, Daniel diangkat sebagai salah satu dari tiga pejabat tinggi yang mengawasi seluruh provinsi. Karena Daniel memiliki kelebihan yang tidak dipunyai oleh 2 pejabat tinggi lainnya, maka raja Darius berencana untuk mengangkat Daniel pada posisi yang lebih tinggi yaitu mengusai atas seluruh kerajaannya. Timbullah cemburu dan iri hati semua pejabat tinggi kerajaan ini, semua penguasa dan wakil raja, para menteri dan bupati bermufakat, untuk menyingkirkan Daniel dari posisinya. Para pejabat lain merasa iri terhadap posisi tinggi Daniel dan berusaha mencari kesalahan dalam dirinya untuk menjatuhkannya. Namun, mereka tidak berhasil menemukan kesalahan apapun karena Daniel menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Melihat ketidakmampuan mereka untuk menjatuhkan Daniel melalui cara yang jujur, mereka merencanakan sebuah jebakan. Mereka memanfaatkan kekuasaan Raja Darius untuk mengeluarkan aturan yang melarang doa kepada Tuhan mana pun kecuali kepada raja selama 30 hari. Tujuannya adalah untuk membuat Daniel melanggar hukum dan mendapatkan alasan untuk menuntutnya di hadapan raja.
Ada satu hal yang selalu dilakukan Daniel, yaitu ibadahnya kepada Allah. Inilah yang dipakai untuk menyingkirkan dan memusnahkan Daniel. Memang muda Daniel mempunyai hubungan pribadi dengan Tuhan, ketika dia bersama dengan bangsanya di bawa ke pembuangan oleh Nebukadnezar ke Babel. Daniel bersama teman-temannya, Hananya (Sadrak), Misael (Mesakh), Azarya (Abednego), tetap menjaga diri agar tidak tercemar oleh kepercayaan orang-orang Babel (Daniel 1 : 6 – 8). Daniel dalam menjalankan tugasnya, melebihi para pejabat tinggi dan para wakil-wakil raja. Mengapa? Karena Daniel setia, rajin, jujur, bersih, terbuka dan berani membongkar hal-hal yang tidak benar. Daniel tidak takut untuk setiap resiko atas tindakan yang diambilnya. Ini semua dari pengalaman bangsanya yang tidak setia dan tidak taat kepada TUHAN, yang lebih mengutamakan kenyamanan hidup dan menyembah serta hormat kepada dewa/berhala bangsa lain, itu sebabnya mereka dibuang dan diangkut ke Babel.
Jadi ancaman yang dialami Daniel karena mengikut TUHAN bukan sesuatu yang harus dihindari, tapi justru ini kesempatan untuk menunjukkan kepada dunia, siapa TUHAN itu.
Ancaman yang dihadapi Daniel bukan abal-abal, tapi mengerikan, padahal Daniel tidak melakukan pelanggaran hukum dan undang-undang kerajaan. Ancaman itu terdapat dalam surat edaran yang telah disetujui oleh raja Darius, bahwa barangsiapa dalam tiga puluh hari menyampaikan permohonan kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada raja, maka ia akan dilemparkan ke dalam gua singa. Daniel tahu, tapi dia justru semakin giat berdoa dan memuji Allah, seperti yang biasa dilakukannya. Ketika Daniel sedang berdoa dan bermohon kepada Allahnya, dia di tangkap, karena melakukan pelanggaran, sesuai surat edaran dibuang ke dalam gua singa. Dan benar Daniel di buang ke dalam gua singa. Keberanian Daniel tidak datang dari kekuatan dirinya sendiri, tetapi dari keyakinannya bahwa Tuhan yang dia layani adalah Tuhan yang hidup dan berkuasa.
Daniel tahu konsekuensi dari tindakannya, tetapi dia tidak mengubah apa pun. Dia bisa saja mencoba mematuhinya dengan tidak berdoa sama sekali selama tiga puluh hari atau mencoba menyembunyikan apa yang dia lakukan dengan mengubah cara berdoanya. Dia bisa saja beralih ke berdoa hanya di pagi hari atau larut malam ketika tidak ada yang memperhatikan, atau mungkin bisa menutup jendela. Sebaliknya, ia memilih tetap setia berseru kepada Tuhan dan berdoa kepada-Nya serta memuji Allahnya seperti yang biasa dilakukannya (ayat 11). Ini menunjukkan bahwa kesetiaan Daniel kepada Tuhan tidak tergantung pada situasi atau ancaman yang dihadapinya. Kesetiaannya adalah hasil dari hubungan yang intim dan mendalam dengan Allah. Keberanian dalam Iman.
Sebagai umat percaya, kita sering menghadapi situasi yang menantang iman kita. Seperti Daniel, kita dipanggil untuk tetap setia dan berani dalam menghadapi tekanan dan ancaman. Keberanian dalam iman bukan berarti tidak adanya ketakutan, tetapi keberanian untuk tetap teguh dalam keyakinan kita kepada Tuhan meskipun di tengah ancaman. Bahwa ketika para pejabat menemukan Daniel berdoa, mereka melaporkannya kepada raja, dan Daniel dilemparkan ke gua singa sebagai hukuman. Namun, Daniel tidak takut. Dia menunjukkan keberanian yang luar biasa dengan tetap setia kepada Allah, meskipun dihadapkan pada kematian : “Beranilah Seperti Daniel.”.
Kemampuan untuk teguh dalam iman bukanlah sesuatu yang tiba-tiba, tetapi dari kesetiaan dalam berjalan dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi yang teratur dengan Tuhan adalah inti dari hidup Daniel dan kesuksesannya. Ia memantapkan dirinya dalam hidup benar. Itulah teladan yang harus kita ikuti. Belajar untuk berjalan dengan Tuhan dalam kekudusan terlepas dari hal-hal buruk yang dipraktikkan dalam masyarakat kita, hukum-hukum sesat, atau penganiayaan yang timbul . Iman adalah melangkah maju dalam ketaatan kepada Tuhan dengan keyakinan penuh bahwa hasil ada di tangan-Nya dan bahwa Dia akan melakukan yang terbaik untuk kita dan untuk kemuliaan-Nya. Mari kita mendalami kisah ini untuk memahami bagaimana kita bisa meneladani keberanian Daniel dalam kehidupan sehari-hari kita.
TUHAN MEMBERKATI Bapak dan Ibu
Teriring Salam & Doa :
Pdt. Martahi Oloan Siahaan, STh, MM
Komentar
Posting Komentar