Renungan Hidup Kristen (RHK), 24 April 2025

Nats  :   2 TESALONIKA 3 : 13
“Dan kamu, saudara-saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik”

JANGAN JEMU-JEMU BERBUAT BAIK

Nats ini merupakan surat Rasul Paulus yang dialamatkan kepada jemaat yang ada di Tesalonika yang mengandung penguatan dan teguran untuk mendorong orang percaya untuk setia ditengah-tengah penganiayaan yang dialami. Meskipun demikian Rasul Paulus memuji jemaat yang memiliki iman yang teguh. Jemaat pun dibingungkan pada ajaran kedatangan Tuhan, ditekan dari orang-orang pengajar sesat mempengaruhi pertumbuhan iman jemaat. Olehnya Rasul Paulus mendesak agar mereka yang hanya berdiam diri menunggu kedatangan Tuhan untuk kembali bekerja. Pemikiran yang seperti ini melahirkan hidup jemaat yang tidak tertib dan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. Apa yang menjadi nasihat Rasul Paulus melihat keberadaan jemaat ini ? Jadi Rasul Paulus menasihati jemaat Tesalonika agar berbuat baik. Dia meminta mereka, jangan jemu-jemu berbuat yang baik, kepada sesama. Jangan jemu-jemu bermakna tidak hanya sekali. Tapi berkali-kali, berulang kali dan tanpa henti. Artinya jemaat harus berbuat baik, sekalipun diperlakukan tidak baik. Sebab, perbuatan baik orang baik, belum tentu diterima baik oleh orang yang tidak baik. Kecenderungan, orang tidak baik selalu menolak atau tidak menerima maksud baik maupun perbuatan baik orang baik. Itulah sebabnya Paulus meneguhkan iman dan percaya umat Kristus di Tesalonika, agar mereka tidak ikut menjadi jahat dengan orang jahat. Tapi, mereka harus memertahankan jati diri mereka sebagai orang baik dengan tanpa henti berbuat baik. Tidak iri dengan orang berbuat tidak baik. Apalagi ikut jadi jahat seperti mereka. Umat Tuhan harus sabar dan terus tekun berbuat baik. Itulah jati diri orang Kristen. Itu perintah Tuhan Yesus yang harus kita lakukan. Pengikut Kristus harus berbuat baik dengan mewujudkan kasih. Identitas kita adalah kebaikan dan kasih.

Sebagai orang percaya kita dipanggil dan dinasihati agar terus menerus berbuat baik kepada semua orang di mana pun kita berada. Baik di tengah keluarga, jemaat maupun masayarakat. Dilakukan kepada orang-orang yang mengasihi kita ataupun yang membenci kita, kepada sahabat atau musuh dan kepada semua orang tanpa melihat latar belakang.

Ketika kita diberi kesempatan untuk berbuat baik lakukan itu dan jangan menunda waktunya serta perbuatlah sesuai dengan batas kemampuan kita. Hal itu dilakukan bukan semata mengharapkan balasan dari orang lain, atau supaya dipuji, tapi kita melakukannya karena ketaatan kepada Tuhan. Jika kita tidak mampu melakukan kebaikan kepada orang lain atau menahan kebaikan kepada orang yang berhak menerimanya sama halnya dengan tidak taat kepada Tuhan. Teruslah berbuat baik dan jadilah berkat bagi banyak orang kini dan selama-lamanya. Melakukan kebaikan harus dengan tulus ikhlas sebagai wujud iman dan tindakan kasih.

Tuhan sudah berbuat baik kepada kita. Kristus sudah menunjukan kasih-Nya yang sempurna. Pengorbanan-Nya, tak terhingga. Karena itu, kitapun harus tetap dan terus berbuat baik. Ingatlah bahwa ketika kita melakukan kebaikan, kita akan memenangkan banyak jiwa datang kepada Kristus. Melakukan kebaikan haruslah dilakukan secara terus menerus dan tidak mengenal waktu, tempat serta dilakukan dengan tekun. Berbuat baik bukan dengan syarat-syarat tertentu dan mengharapkan imbalan atau balas budi. Jika kita terus berbuat baik, kita akan menuai dan menikmati buahnya di bumi dan di sorga. Maka, aman, nyaman, damai dan sejahteralah hidup kita, di bumi dan di sorga, selamanya.

Ada banyak orang dihadapkan pada pergumulan dalam batinnya, salah satunya adalah hal berbuat baik, apalagi ketika perbuatan baik yang dilakukannya itu seringkali tidak mendapatkan respons atau balasan yang diharapkan. Kita pun mulai merasa bosan berbuat baik, mulai berpikir 1000x untuk berbuat baik, dan akhirnya kita berhenti untuk melanjutkan perbuatan baik tersebut. Memang, berbuat baik berarti harus berkorban dan kehilangan sesuatu, atau kelihatannya merugi.

Seorang petani menanam padi atau sayuran. Pada saat bersamaan tumbuh pula rumput atau ilalang di sawah atau ladang tersebut. Namun andaikan petani itu menanam rumput ia tidak akan pernah mendapati padi atau sayuran turut tumbuh di sana. Demikian pula dalam kehidupan ini. Ketika kita melakukan perbuatan baik terkadang hal-hal buruk malah menyertai, entah itu berupa hinaan, cercaan, cibiran, fitnahan dari orang lain. Jika demikian haruskah kita berhenti berbuat baik ketika orang lain tidak membalas kebaikan kita ?

Kalau kita berbuat baik hanya sekedar untuk membalas kebaikan orang lain, atau dengan tujuan mendapatkan balasan yang sama, apalah artinya “Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu,? Orang-orang berdosapun berbuat demikian.” (Lukas 6 : 33); dan jangan pula kita berbuat baik karena suatu tendensi atau motivasi yang tidak benar. Rasul Paulus menasihati, “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.” (Galatia 6 : 9).
Jadi tidak ada istilah ‘rugi atau buntung’ ketika kita melakukan perbuatan baik kepada orang lain, sebab pada saatnya kita akan menuai. Ada tertulis: “Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri,” (Amsal 11 : 17). Sebagai orang percaya, berbuat baik adalah suatu keharusan, buah dari keselamatan yang telah kita terima, dan merupakan bukti kita memiliki iman yang hidup. 

TUHAN MEMBERKATI Bapak dan Ibu

Teriring Salam & Doa :
Pdt. Martahi Oloan Siahaan, STh, MM

Komentar

Postingan Populer