Renungan Hidup Kristen (RHK), 28 April 2025
Nats ; MALEAKHI 3 : 1
“Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam”
LURUSKANLAH JALAN BAGI TUHAN
Nama Maleakhi berarti “UTUSAN TUHAN” (Istilah “utusan” diambil dari kata bahasa Ibrani : מַלְאָךְ (baca: mal’ak) yang berarti suruhan atau pesuruh. Istilah ini kemudian diterjemahkan menjadi “Malaikat”. Menariknya, jika istilah “mal’ak ini diberi akhiran I maka memberi arti kepemilikan, yakni : מַלְאָכִי (mal’akhi) yang berarti utusanku atau malaikatku. Istilah inilah yang kemudian dipakai menjadi nama kitab ini yakni kitab Maleakhi (utusanku – malaikatku).
Maleakhi diutus oleh Tuhan pada tahun 586 SM Yerusalem, bersama dengan Bait Allah diruntuhkan oleh raja Babel yang bernama Nebukadnezar. Pada waktu itu penderitaan, kesengsaraan dan kelaparan dialami oleh penduduk kota Yerusalem. Selanjutnya, orang Israel dibawa sebagai tawanan ke negeri Babel. Kemudian, pada tahun 538 SM raja Persia, Koresy, mengalahkan negeri Babel dan mengizinkan orang Israel pulang ke negerinya. Akan tetapi sesudah mereka tiba di negerinya, harapan mereka tidak segera terwujud. Perasaan putus harapan dirasakan kebanyakan orang Israel.
Mereka mulai meragukan perjanjian, kasih dan keadilan Allah. Ibadat menjadi sesuatu yang tidak berarti dan dilakukan dengan setengah hati saja yang mengalami kesusahan dan kemunduran rohani. Orang-orang telah menjadi sinis, meragukan kasih dan janji-janji Allah, menyangsikan keadilan-Nya dan tidak percaya lagi bahwa ketaatan kepada perintah-Nya itu berguna. Seiring dengan memudarnya iman, maka pelaksanaan ibadah menjadi otomatis dan tidak berperasaan. Mereka juga acuh tak acuh terhadap tuntutan hukum Taurat dan bersalah karena berbuat bermacam-macam dosa terhadap perjanjian. Maleakhi memperhadapkan para imam dan umat itu dengan panggilan kenabian untuk bertobat dari dosa-dosa dan kemunafikan agama mereka sebelum Allah datang tiba-tiba dengan hukuman dan untuk menyingkirkan semua rintangan ketidaktaatan yang menghalangi arus kemurahan dan berkat Allah, serta untuk kembali kepada Tuhan dan perjanjian-Nya dengan hati yang tulus dan taat.
Oleh karena itu, Nats ayat 1 ini menekankan TUHAN menyuruh utusanNya untuk menyiapkan jalan bagi kehadiranNya akan menjadi kejutan besar dalam hidup. Tuhan akan datang untuk menyucikan kehidupan umat yang sudah bobrok oleh dosa, tidak seorang pun akan luput dari pemurnian ini. Jadi MEMPERSIAPKAN JALAN BAGI TUHAN berarti : Harus ada perubahan sikap hidup ; dari memikirkan diri sendiri menjadi peduli dan memikirkan sesama. Membagikan pakaian pada yang tidak punya dan makanan pada yang kelaparan. Perubahan sikap hidup tidak sama dengan perubahan jabatan/pekerjaan, bila pekerjaan itu pada dasarnya baik.
Karena itu, Mempersiapkan jalan untuk Tuhan, mengandung makna bahwa inisiatif Allah melawat manusia untuk memberikan jalan keselamatan harus dipahami tentang sifat-sifat keilahian Allah, yang perlu kita persiapkan dalam diri kita. Sifat keilahian Allah, antara lain: kudus, mulia, agung, bijaksana, sempurna dan sebagainya. Kita menyadari, bahwa keadaan kita jauh dari sifat-sifat keilahian-Nya, oleh karena itu satu hal yang harus dilakukan oleh manusia, untuk merespons tawaran Allah yang Maha Baik, yaitu PERTOBATAN. Manusia dalam kondisi berdosa, tetapi Allah tidak begitu saja meninggalkan ciptaan tangan-Nya, keselamatan telah dimiliki manusia ketika Allah sendiri yang BERINISIATIF MELAWAT MANUSIA. Pertobatan adalah kata kuncinya untuk mempersiapkan jalan Tuhan. Pertobatan bukanlah sekadar pernyataan verbalistik, tetapi harus ada action. Dimulai dari penyadaran diri akan eksistensi kita sebagai manusia berdosa, mengakuinya, menyerahkannya pada Sang Penolong (Mesias), dan lebih lanjut harus memiliki keberanian untuk meninggalkan hidup lama, itulah Pertobatan (Kata “bertobat” dalam bahasa Yunani dipakai kata “Metanoia” yang berasal dari kata “Metha” dan “Noos”. Meta artinya perubahan yang terus menerus kearah yang lebih baik. Metamorfosis : ulat emenjadi kupu kupu. Noos artinya mind, understanding, reason. Metanoia berarti perubahan yang terus menerus dalam cara berpikir, cara hidup dan pengertian dalam mengambil keputusan hidup).
Dalam Lukas 3 : 4 – 6 (“Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan”). Setiap lembah harus ditimbun, setiap gunung dan bukit harus diratakan, yang berliku-liku diluruskan, dan yang berlekuk-lekuk diratakan. Semua ini adalah majas yang dapat diartikan oleh kita sesuai dengan kondisi kita masing-masing. SETIAP LEMBAH HARUS DITIMBUN, berarti yang kosong harus diisi. Marilah kita mulai mengerjakan hal-hal yang selama ini kita abaikan, mungkin ada yang melalaikan doa, mungkin ada yang melalaikan firman Allah atau mungkin juga tanggungjawab tertentu. SETIAP GUNUNG DAN BUKIT DIRATAKAN, berarti ada penghalang dan rintangan yang perlu disingkirkan. Segala yang menghalang jalan Tuhan untuk masuk ke dalam hidup kita. Ini merujuk khususnya kepada ego kita, si aku, dosa-dosa dan keangkuhan diri kita. YANG BERLIKU-LIKU DILURUSKAN, berarti ada yang namanya orang bengkok, yang belat-belit, orang yang licik, yang manipulatif, yang tidak jujur, yang memanfaatkan orang lain. Luruskanlah hatimu itu. Hiduplah dengan penuh integritas, jujur, tulus, iklas dan simpel supaya orang tidak perlu menebak-nebak niat hati kita yang sebenarnya. YANG BERLEKUK-LEKUK DIDATARKAN, berarti “Jadikanlah Jalan itu Halus” yang dimaknai dengan lakukan semuanya ini dengan telaten, dengan teliti, dengan saksama.
TUHAN MEMBERKATI Bapak dan Ibu
Teriring Salam & Doa :
Pdt. Martahi Oloan Siahaan, STh, MM
Komentar
Posting Komentar