Renungan Hidup Kristen (RHK), 29 April 2025
Nats : 1 RAJA-RAJA 17 : 5 – 6
“Lalu ia pergi dan ia melakukan seperti firman TUHAN; ia pergi dan diam di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan. Pada waktu pagi dan petang burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya, dan ia minum dari sungai itu”
TUHAN BANYAK CARA MENOLONG UMAT-NYA
Pada masa pemerintahan raja Ahab (871-852 sM), Israel mengalami musim kering. Musim kering ini disebakan karena tidak turunnya hujan dalam waktu yang cukup lama, yaitu sekitar tiga tahun enam bulan (1 Raja-raja 17 : 1). Hujan tidak bukan karena perubahan musim yang ekstrim, melainkan karena kedaulatan Allah dalam “menghukum” umat-Nya. Hukuman ini didasarkan atas pelanggaran yang telah dilakukan oleh raja Israel yaitu Raja Ahab. Dia menyeleweng dari imannya kepada Allah dikarenakan penyembahan berhala terhadap Baal, ilah kesuburan bagi bangsa Kanaan. Raja Ahab dikenal sebagai raja yang jahat di mata Tuhan lebih dari semua orang yang mendahuluinya (1 Raja-raja 16 : 30). Ia menyembah Baal dan mendirikan mezbah serta kuil untuk Baal. Hal ini karena pengaruh Izebel, isterinya yang merupakan anak raja Sidon. Raja Ahab melakukan penyembahan terhadap Baal tidak terlepas dari peran istrinya, Izebel (1 Raja-raja 16 : 32). Karena hal ini, di banyak tempat, bahkan di luar daerah Israel, terjadi kelaparan dan semakin sulitnya manusia untuk hidup normal karena kekurangan pasokan air tawar; sumur, sungai, bahkan danaupun mengering.
Pada masa Pemerintahan Ahab, Tuhan memanggil nabi Elia untuk menyampaikan berita penghukuman dari Tuhan kepada Ahab, yaitu Israel tidak akan mendapatkan hujan selama beberapa tahun (ayat 1). Ahab tentu marah sekali mendengar hal ini dan berniat jahat kepada Elia. Untuk melindungi Elia, Tuhan menyuruhnya untuk berjalan ke Timur dan bersembunyi di tepi sungai Kerit seberang sungai Yordan (ayat 3). Perintah Tuhan ini disertai janji penyertaan dan pemenuhan kebutuhan Elia. Tuhan akan menyediakan makanan melalui burung-burung gagak (ayat 4). Tuhan mengirim gagak ke sungai Kerit, bukan ke Elia. Karena Elia taat maka Elia menerima berkat.
Jika kita di dalam firman-Nya, kesanalah berkat-Nya ada. Allah memelihara orang yang memelihara firman-Nya. Burung gagak adalah binatang haram bagi orang Yahudi dan tidak terpikirkan oleh Elia (Nama Elia berarti Yahwe adalah Allah dan nama Elia sangat di kenal, di hormati di antara bangsa Israel. Kalau kita perhatikan dalam Perjanjian Baru, di samping Tuhan Yesus ada 2 nama yang juga di sebutkan itulah Musa dan Elia. Ketika Yohanes Pembaptis hadir dalam dunia ini ia pun hampir di katakan, mungkin ini Elia. Bahkan Tuhan Yesus pun bertanya kepada murid-murid, menurut engkau siapakah Aku. Bahkan dalam penglihatan ketika Tuhan Yesus bersama Musa dan Elia di atas bukit di situ kembali Elia muncul. Namanya begitu luar biasa tapi melalui firman Tuhan, kita hanya belanjar 4 hal dari Elia yaitu PELAYANAN, KOMITMEN, IMAN dan KETAATAN).
Di sinilah letak dilemanya. Allah menuntun Elia dengan hal yang sederhana, yaitu minum dari air Sungai Kerit dan makan roti yang dibawa burung gagak. Pada zaman modern yang melejit serba instan,
kita sering tak sabar lagi menunggu Allah dan mengikuti jalan-Nya yang dianggap terlalu berliku. Namun, iman justru sering bertumbuh dalam krisis kemarau panjang.
Melalui nats ini kita hendak belajar memahami bencana, pergumulan maupun masalah yang kita hadapi ditengah-tengah kehidupan kita. Tidak ada manusia yang tidak rentan dengan persoalan hidup, termasuk nabi Elia. Ketika kekeringan berkepanjangan melanda Israel, Elia juga akan turut merasakan dampaknya, tetapi Tuhan memberi jalan bagi Elia untuk dapat bertahan selama masa kekeringan itu terjadi. Bahwa jika kita sudah beriman, setia dan takut akan Tuhan bukan artinya kita akan terhindar dari berbagai pergumulan dalam hidup ini. Kita semua sama, kita hanyalah manusia ciptaan Tuhan. Tetapi kita orang beriman percaya kepada kuasa Tuhan bahwa seberat apapun krisis dan kesulitan yang kita hadapi, Tuhan beserta kita untuk dapat melalui semua pergumulan yang kita hadapi.
Tuhan punya banyak cara dan jalan agar kita diselamatkan dari berbagai pergumulan yang ada. Seperti yang terjadi lada Elia, Tuhan menyuruh BURUNG GAGAK yang membawa ROTI dan DAGING. Bagaimana seekor burung gagak mendapatkan roti dan daging ketika seluruh negeri dilanda kekeringan dan kelaparan?
Hal ini tidak ada rumusnya, sebab ini adalah pekerjaan mujizat Allah. Dan AIR didapatkan dari sungai. Ada yang menjadi bagian-bagian yang harus kita lakukan, hal-hal yang perlu dikerjakan dengan hikmat dengan maksimal. Kedua hal ini (MAKANAN dan MINUMAN) tersebut harus ada dalam hidup kita. Syukuri setiap hal natural yang ada di depan kita. Jangan remehkan perkara-perkara biasa. Sebelum kita makan, tetaplah berdoa. Sebelum kita bekerja, tetaplah berdoa. Sebelum kita melakukan sesuatu, biasakan bergantung pada Tuhan, sekalipun seperti perkara sepele sehari-hari.
Melalui pemeliharaan Tuhan atas hidup Elia ini mengingatkan kita juga tentang kehadiran Tuhan Yesus dalam kehidupan kita, bahwa Dia datang ke dunia ini menjadi “ROTI HIDUP” dan juga “AIR HIDUP” (Yohanes 4 : 5 – 14). Tubuh kita yang fana ini bisa mati karena tidak makan dan minum, tetapi setiap orang yang memakan roti hidup dan juga meminum air kehidupan dari Tuhan Yesus akan memperoleh kehidupan. Seperti yang dikatakan Tuhan Yesus “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Matius 4 : 4). Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, ada banyak hal terjadi, tentu akan membuat jiwa kita haus dan dahaga, sehingga kita menjadi lemah, putus asa, kebimbangan, kekawatiran. Makanan dan minuman jasmani tidak akan pernah dapat melegakan kita dari semuanya itu. Maka kita membutuhkan roti hidup dan air kehidupan dari Tuhan, yang akan senantiasa memberikan kita kekuatan dan semangat yang baru dalam menjalani kehidupan (Yesaya 40 : 31 “tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah”). Amien.
TUHAN MEMBERKATI Bapak dan Ibu
Teriring Salam & Doa :
Pdt. Martahi Oloan Siahaan, STh, MM
Komentar
Posting Komentar