Renungan Hidup Kristen (RHK), 31 Maret 2025
Nats : MAZMUR 112 : 7
“Ia tidak takut kepada kabar celaka, hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada TUHAN”
TIDAK PERLU TAKUT, TETAPI PERCAYA SAMA TUHAN
Mazmur ini menyebut dua tipe orang, yaitu orang yang takut akan Tuhan (ayat 1 – 3) dan orang benar (ayat 4 – 10). Pada bagian tertentu tidak ada perbedaan antara keduanya. Orang yang takut akan Tuhan dapat dikatakan sebagai orang benar juga. Menurut pemazmur, orang yang takut akan Tuhan dan yang suka pada perintah-Nya adalah orang yang akan diberkati. Pemazmur menuliskan cara untuk mendapatkan kebahagiaan yang benar yaitu dengan hidup takut akan Allah, yaitu menghormati Tuhan, memberi prioritas kepada-Nya dan melakukan perintah-perintah-Nya. Jadi DASAR KEBAHAGIAAN DARI ALLAH ADALAH BILA KITA TAKUT AKAN ALLAH DAN SUKA KEPADA PERINTAH-PERINTAH-NYA.
Meski dunia bergoncang sekalipun tidak ada alasan bagi orang percaya untuk menjadi takut, sebab Tuhan telah memanggil kita sebagai anak-anak-Nya. Artinya kita beroleh jaminan pemeliharaan dan perlindungan yang sempurna dari Tuhan sebagai Bapa kita. Kuatkan hati dan percayalah akan kuasa Tuhan karena Dia berjanji akan “…menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28 : 20b). Jadi orang yang tidak percaya sering lari kepada cara yang salah untuk kabur dari kesulitan, pasti engkau juga melakukan yang sama jikalau pikiranmu menyerah pada tekanan saat ini. Percayalah pada Tuhan, dan nantikanlah Dia (Mazmur 37 : 7). Haluan terbaikmu adalah bersikap seperti yang Musa lakukan di Laut Merah, “Berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN.” (Keluaran 14 : 13) dan teguhkan hatimu, dengan bersandar dalam keyakinan penuh akan kesetiaan Allah perjanjian, “janganlah gelisah dan gentar hatimu.” (Yohanes 14 : 27).
Orang Kristen seharusnya tidak takut kepada datangnya kabar celaka; karena jikalau kamu tertekan olehnya, apakah lebihnya daripada orang lain ? Mereka tidak punya Allahmu yang kepada-Nya kamu bisa lari; mereka tidak pernah melihat bukti kesetiaan-Nya seperti yang kaulihat, maka tidak heran bila mereka tertunduk dengan was-was dan terintimidasi rasa takut. Ibarat kita hidup dimasa kecil. Ketika kita masih kecil, kita pasti merasakan ketakutan. Hampir setiap malam terbangun dalam kegelapan dan membayangkan makhluk-makhluk mengerikan sedang berkeliaran di luar kamarnya. Kerap kali kita begitu ketakutan sehingga tidak dapat memejamkan matanya kembali. Terkadang kita keluar dari kamarnya dan tidur di dekat pintu kamar orangtua. Kita berpikir bahwa selama kita dekat dengan mereka, tak ada sedikitpun yang akan melukainya.
Banyak orang masih mengalami ketakutan dalam hidupnya. Memang, jika kita perhatikan keadaan, bencana demi bencana datang silih berganti tanpa dapat diduga. Secara tidak sadar hal ini telah mempengaruhi dan menguasai hati orang-orang percaya. Di satu sisi mereka percaya bahwa Tuhan itu Maha sanggup dan tidak ada perkara yang mustahil bagi-Nya, namun di sisi lain mereka diliputi rasa takut akan terjadinya bencana-bencana lain yang mungkin datang yang membuat banyak orang hidup dalam kesesakan dan penderitaan. Tetapi sebagai anak-anak Tuhan kita kembali diingatkan agar tidak takut terhadap keadaan apa pun, karena di dalam hidup orang percaya tidak diberikan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (baca 2 Timotius 1 : 7). Dalam Kitab Roma 8 : 15a mengatakan: “…kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah.” Jadi, sesungguhnya ketakutan itu bukan sekadar kelemahan manusia tapi adalah roh yang bekerja dalam seseorang. Ketakutan mulai menjadi bagian dalam diri manusia setelah manusia jatuh ke dalam dosa. Karena dosa, Iblis memperbudak manusia dengan menanamkan roh takut itu. Tapi melalui pengorbanan Kristus di atas Kalvari kita telah dimerdekakan dari roh takut, sebab “Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.” (Roma 8 : 2).
Kesulitan dan tantangan apapun yang terjadi, dia tetap yakin kepada pertolongan Tuhan, maka hatinya tetap teguh dan tidak takut. Sebagaimana rasul Paulus dalam nasehatnya berkata “bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan” (Filipi 4:4). Seperti apapun bentuk dari kesulitan yang kita hadapi, kita dengan hati yang teguh menyatakan iman kita bahwa Tuhan beserta kita, bahwa segala sesuatu akan mendatangkan kebaikan bagi mereka yang percaya kepada Tuhan. Ketika seseorang hidup dalam takut akan Tuhan, dapat dipastikan bahwa ia akan membenci kejahatan, kesombongan, kecongkakan, tingkah laku jahat, dan mulut penuh tipu muslihat (Amsal 8 : 13). Hal itu karena ia telah menghayati sikap takut akan Tuhan sebagai sistem berpikir, cara hidup, dan jalan kerohanian. Hidup yang demikian tidak hanya menyelamatkan kita; orang-orang di sekitar kita juga akan merasakan dampak positif dari kehidupan kita. Sedangkan, harta kekayaan dan nama baik akan mengikuti sebagai berkat Tuhan.
Dalam segala hal kita adalah orang yang berbahagia, yang selalu memuji Tuhan. Sebab kita dapat merasakan bagaimana firman Tuhan itu hidup dan bekerja dalam diri kita. Firman Tuhan yang menuntun langkah hidup kita, firman yang membuat kita menjadi pribadi yang berwibawa oleh firman yang bekerja dalam tingkah dan laku, firman yang memberikan kita keteguhan hati dalam menghadapi setiap persolan hidup. Dikehendaki Allah hanya karena merasa takut. Allah dapat mengubah rasa takut kita menjadi kekuatan. Kita dapat mempercayai Allah dan menjadi “tidak takut” (Mazmur 56 : 12). Tidak mengherankan jika pemazmur menyamakan orang benar dengan orang yang sungguh-sungguh mempertaruhkan hidupnya untuk Tuhan. Ia tidak khawatir; ia percaya Allah mengendalikan semuanya, Amien.
TUHAN MEMBERKATI Bapak dan Ibu
Teriring Salam & Doa :
Pdt. Martahi Oloan Siahaan, STh, MM
Komentar
Posting Komentar