Rwnungan Hidup Kristen (RHK), 17 April 2025
Nats : AMSAL 9 : 6
“Buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup, dan ikutilah jalan pengertian.”
IKUTILAH JALAN PENGERTIAN / HIKMAT DARI TUHAN
Kitab Amsal disebut sebagai kitab hikmat (Ibrani = Khokh’mah/Tevunah, Yunani = Shopia), yang ditulis oleh Salomo. Saat Salomo menjadi raja di Israel, Tuhan menampakkan diri kepada Salomo lewat mimpinya (1 Raja-raja 3 : 3 – 1555) meminta kepada Tuhan untuk kiranya diberikan Hikmat dalam memimpin bangsa Israel dan Tuhanpun mengabulkan permintaannya. Sejak saat itu, Salomopun menjadi terkenal karena Hikmatnya yang besar, semua orang dari seluruh penjuru bumipun berbondong-bondong datang untuk mendengarkan perkataannya yang penuh Hikmat itu (1 Raja-raja 4 : 34).
Tujuan dari kitab Amsal adalah untuk mengajar kita “untuk mengetahui hikmah dan didikan, untuk memahami kata-kata yang memberi pengertian, untuk menerima didikan dalam perbuatan bijak, dalam kebenaran, keadilan, dan kejujuran; untuk memberi kehati-hatian kepada orang sederhana, pengetahuan dan kebijaksanaan. Namun sekalipun kitab Amsal pada hakikatnya adalah kitab pedoman hikmat untuk hidup benar dan bijaksana, satu landasan utama yang diperlukan untuk memperoleh hikmat tersebut dinyatakan dengan sangat jelas oleh Salomo yakni “Takut akan Tuhan” (Amsal 1 : 7).
Perjalanan hidup umat manusia dalam dunia yang fana ini selalu menunjukkan dua sisi kehidupan yang bertolak belakang atau berlawanan satu dengan yang lain. Sukses dan gagal, kalah dan menang, benar dan salah, kebenaran dan dusta, kebaikan dan kejahatan, keadilan dan ketidakadilan, dan masih banyak lagi sisi kehidupan yang ada dalam dunia ini. Amsal 9 ini memberikan komparasi tentang dua sisi kehidupan untuk kita renungkan yakni Hikmat dan kebodohan, dan di era digitalisasi yang semakin maju ini, seringkali menghadirkan jebakan-jebakan yang membawa kita pada kebodohan yang merugikan. Maka yang menjadi pertanyaan di sini ialah, sisi kehidupan manakah yang akan kita pilih ? Hikmat atau kebodohan ?. Dengan demikian, bagaikan rumah yang kokoh berdiri oleh karena tiang-tiangnya yang tegak, hikmat yang dari atas dapat membimbing kita pada jalan pengertian (Amsal 9 : 6). Dalam bahasa Ibrani, jalan pengertian secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai jalan yang bijak, jalan yang memberikan pengetahuan dan pertimbangan untuk membedakan hal yang baik dan jahat. Hanya dengan jalan itu kita beroleh hidup atau memiliki kehidupan serta dapat terus berada dan tetap hidup di dalam Tuhan. Pengertian yang dimaksud dalam Amsal 9 : 6 sebenarnya bermakna “pemahaman”. Kata itu juga ada di dalam Amsal 3 : 5 “…jangan bersandar pada pengertianmu sendiri”. Itu juga ada di dalam Amsal 23 : 4 yang diterjemahkan sebagai kata “niat” dalam Alkitab Indonesia padahal bahasa aslinya adalah “pengertian” sehingga Amsal 23 : 4 mestinya berbunyi “Jangab bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkanlah pengertian / hikmat (semacam itu dari benakmu”.
Jadi ada berbagai macam pengertian dan pemahaman di dunia ini. Tapi yang dimaksud Amsal 9 : 6 tentu PENGERTIAN YANG ADA PADA TUHAN. Jadi PENGERTIAN dapat disebut sebagai PEMAHAMAN DARI TUHAN atau HIKMAT DARI TUHAN. Perintah untuk mengikuti jalan pengertian merupakan perintah pertobatan. Suatu perintah untuk berbalik dari kebodohan. “TINGGALKAN Kebodohan, IKUTILAH JALAN Pengertian”. Kita diperintahkan untuk terus berada dan berjalan di jalur yang membawa kita pada pengertian dan pemahaman yang benar dari Tuhan, bukan pemahaman kita sendiri (yang sudah terbiasa kita ikuti dan jalani sebelum mengenal Tuhan) yang sebenarnya kebanyakan berupa kebodohan saja (Amsal 3 : 3 – 5). Jadi Pengajaran hikmat adalah pengajaran Firman Tuhan yang menjadi bahan pengajaran moral yang benar, baik dan tepat. Orang yang berhikmat bukan menunjuk kepada orang pintar dan pandai, tentu juga bukan kepada orang bodoh. Orang berhikmat ialah orang yang takut akan Tuhan, yang bersikap sesuai kebenaran pengajaran Firman Tuhan yang berkarakter moral yang benar, baik dan tepat yang membangun hidup yang berkelimpahan secara jasmani dan rohani yakni hidup damai dan sejahtera didunia.
Hikmat yang juga dikenal sebagai Kebijaksanaan, begitu penting dalam kehidupan manusia. Tanpa hikmat dalam kehidupan, seseorang bisa salah jalan. Tidak mengherankan, apabila setiap manusia selalu ingin memiliki hikmat / kebijaksanaan dalam kehidupannya. Bahkan, tidak jarang mereka akan melakukan apa saja untuk mendapatkan hikmat dan kebijaksanaan itu. Banyak yang berpikir bahwa hikmat / kebijaksanaan itu dapat mereka beli dan miliki dengan jalan belajar sampai tingkat tertinggi dan di tempat yang hebat, sehingga mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik, dan berusaha mendapatkan nilai akademis tertinggi. Memang, tidak salah seseorang belajar sampai setinggi-tingginya. Namun, yang harus kita pahami adalah kemampuan akademis, atau kemampuan intelektual, tidaklah identik dengan hikmat. Pendidikan tinggi tidak menjamin seseorang memiliki hikmat. Pandangan masyarakat tentang orang yang memiliki hikmat juga banyak yang keliru. Ada yang berpikir bahwa hikmat seseorang dinilai dari tuanya usia, atau dari banyaknya gelar akademis yang dimilikinya. Kecenderungan manusia untuk mencari dan memperoleh hikmat bukanlah suatu hal yang salah dan harus dilarang. Orang bijak tidak pernah berhenti belajar. Mereka terus bertumbuh dalam pengertian / hikmat. Banyak orang saat ini sulit menerima kritik. Namun, sebagai orang percaya, kita harus belajar untuk menerima teguran sebagai cara Tuhan untuk membentuk karakter kita. Dan Dalam kehidupan saat ini, banyak orang mencari kebahagiaan dan pemenuhan diri dalam cara-cara yang tidak bijaksana. Namun, hikmat sejati hanya dapat ditemukan dalam Tuhan. Kita harus menerima undangan-Nya dan meninggalkan cara hidup yang bodoh.
TUHAN MEMBERKATI Bapak dan Ibu
Teriring Salam & Doa :
Pdt. Martahi Oloan Siahaan, STh, MM
Komentar
Posting Komentar