Renungan Hidup Kristen (RHK), 06 Mei 2025

Nats  :  HABAKUK 3 : 18
“Namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku”

MENEMUKAN TUHAN DI TENGAH KEBINGUNAN

Nama ‘Habakuk’ berasal dari kata Ibrani yang memiliki arti memeluk. Jadi, nabi ini disebut Pemeluk, entah disebabkan karena kasihnya yang teramat mendalam kepada Tuhan, ataukah karena ia sedang bergumul hebat dengan Tuhan. Dalam Pasal 3 : 17 – 19 bahwa etika berada dalam situasi sangat sulit yang digambarkan melalui pohon ara yang tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, bahkan ladang tidak menghasilkan makanan, Habakuk mengalami situasi yang tidak mudah.

Sebagai nabi, Habakuk telah ditunjukkan Allah tentang hari-hari mendatang ketika tanaman maupun ternak—yang dijadikan sumber penghidupan banyak orang—tidak menghasilkan bahan makanan. Tidak cukup sekadar optimis untuk menghadapi masa-masa sukar yang akan datang. Sebagai sebuah bangsa, Israel akan mengalami masa kelaparan yang parah. Habakuk didera ketakutan yang sangat besar hingga ia gemetar dan menjadi lemah (ayat 16). Habakuk justru bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah, karena di dalam Dialah ada kekuatan. Di dalam kesulitan, Habakuk justru memuji Tuhan, bernyanyi dan bersorak-sorak karena Allah. Meskipun demikian, Habakuk berkata bahwa ia akan “bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah” (ayat 18). Dia menyatakan harapannya di dalam Allah yang akan memberinya kekuatan untuk berjalan melewati masa-masa sulit (ayat 19).

Mengapa dalam menghadapi kesulitan Habakuk tetap bersorak memuji Tuhan? Sebab Habakuk melihat bahwa Allah tidak tinggal diam. Dia sedang bertindak menyelesaikan masalah walaupun tidak sesuai dengan cara yang dibayangkannya. Itulah tanda kedewasaan iman. Akhirnya timbullah iman di dalam diri Habakuk. Iman yang bukan sekedar percaya, tapi merupakan suatu kesetiaan dan ketaatan teguh sekalipun berada di situasi yang sepertinya tidak ada harapan, sebab iman itu butuh bukti atau tindakan nyata. Iman adalah wujud ketergantungan penuh kepada Tuhan. Karena itu sekalipun segala sesuatu tampak buruk. Habakuk tetap mampu bersukacita di dalam Tuhan yang menyelamatkan.Tangan Tuhan tidak akan bergerak. Wajahnya tidak akan terlihat. Itulah yang membuat pesan Habakuk di sini menonjol. Ia berkomitmen untuk bersukacita di dalam Tuhan, apa pun keadaannya. Bahkan ketika dunia di sekitarnya runtuh, dan tidak ada hikmah yang dapat dilihatnya; ia tetap berkomitmen untuk bersukacita di dalam Tuhan, Juruselamatnya.
Dalam perjalanan kehidupan kita, ada kalanya kita mengalami masa sulit. Masa ketika kita merasa tidak lagi memiliki kekuatan untuk melangkah maju dan segala kesulitan mengimpit kita seolah tidak ada jalan keluar. Marilah kita meresapi puji-pujian Nabi Habakuk: bahwa dalam kesulitan apa pun, kita akan tetap bersorak-sorak di dalam Allah, maka Dia akan memberi kekuatan kepada kita. Marilah kita tetap memuji Tuhan dan selalu percaya akan janji penyertaan-Nya, selalu menanti-nantikan Allah sumber kekuatan dan penghiburan kita.

Apakah Anda sedang diperhadapkan dengan situasi yang membingungkan? Saat bingung, kita cenderung berprasangka kepada Tuhan. Pemazmur dalam kebingungannyapun merasakan hal yang sama, “Aku menyangka dalam kebingunganku: Aku telah terbuang dari hadapan mata-Mu. Tetapi sesungguhnya Engkau mendengarkan suara permohonanku, ketika aku berteriak kepada-Mu minta tolong.” Kita bisa belajar dari Habakuk dan juga pemazmur, dengan berseru kepada Tuhan, membawa segala perkara, keluhan, dan kebingungan kita. Kita bisa secara jujur menyatakan hal-hal yang membuat kita tidak mengerti. Kejujuran, kenaifan, dan keterbatasan pikiran yang kita panjatkan dengan tulus pastilah tidak akan membuat Tuhan murka. Sebaliknya saat berseru, iman kita dikuatkan. Maka kita pun bisa bersorak seperti Habakuk meskipun doanya belum terjawab.

Terkadang kita harus melewati masa-masa yang sangat sulit dan berat. Namun, apa pun kehilangan yang kita alami, apa pun keinginan kita yang kandas, seperti Habakuk, kita dapat tetap bersukacita dalam hubungan kita dengan Allah yang Maha Pengasih. Bahkan ketika kita merasa tidak memiliki apa-apa lagi, Dia tidak pernah membiarkan atau meninggalkan kita (Ibrani 13 : 5).

Dalam perjalanan kehidupan kita, ada kalanya kita mengalami masa sulit. Masa ketika kita merasa tidak lagi memiliki kekuatan untuk melangkah maju dan segala kesulitan mengimpit kita seolah tidak ada jalan keluar. Marilah kita meresapi puji-pujian Nabi Habakuk: bahwa dalam kesulitan apa pun, kita akan tetap bersorak-sorak di dalam Allah, maka Dia akan memberi kekuatan kepada kita. Marilah kita tetap memuji Tuhan dan selalu percaya akan janji penyertaan-Nya, selalu menanti-nantikan Allah sumber kekuatan dan penghiburan kita.

Apakah Anda sedang diperhadapkan dengan situasi yang membingungkan ? Saat bingung, kita cenderung berprasangka kepada Tuhan. Pemazmur dalam kebingungannyapun merasakan hal yang sama, “Aku menyangka dalam kebingunganku: Aku telah terbuang dari hadapan mata-Mu. Tetapi sesungguhnya Engkau mendengarkan suara permohonanku, ketika aku berteriak kepada-Mu minta tolong.” Kita bisa belajar dari Habakuk dan juga pemazmur, dengan berseru kepada Tuhan, membawa segala perkara, keluhan, dan kebingungan kita. Kita bisa secara jujur menyatakan hal-hal yang membuat kita tidak mengerti. Kejujuran, kenaifan, dan keterbatasan pikiran yang kita panjatkan dengan tulus pastilah tidak akan membuat Tuhan murka. Sebaliknya saat berseru, iman kita dikuatkan. Maka kita pun bisa bersorak seperti Habakuk meskipun doanya belum terjawab.

TUHAN MEMBERKATI Bapak dan Ibu

Teriring Salam & Doa :
Pdt. Martahi Oloan Siahaan, STh, MM

Komentar

Postingan Populer