Renungan Hidup Kristen (RHK), 10 Mei 2025
Nats : ZAKHARIA 1 : 3
“Sebab itu katakanlah kepada mereka: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Kembalilah kepada-Ku, demikianlah firman TUHAN semesta alam, maka Aku pun akan kembali kepadamu, firman TUHAN semesta alam”
"KEMBALILAH KEPADA TUHAN"
Zakharia atau Zekharya (bahasa Ibrani: זְכַרְיָה “TUHAN mengingat”, Nama “Zakharia” menjelaskan bahwa Allah mengingat umat-Nya dan Ia mengingat (setia terhadap) janji-Nya terhadap bangsa Israel. Mungkin nama ini mengungkapkan rasa syukur orang tua Zakharia karena mereka dikaruniai anak laki-laki. Seperti Yeremia dan Yehezkiel, Zakharia adalah seorang nabi sekaligus seorang imam (Nehemia 12:16). Ido (kakek Nehemia) juga seorang imam (Nehemia 12:1,4). Zakharia dilahirkan di Babel. Penulis kitab ini adalah Zakharia. Sebutan “Zakharia” menunjuk kepada Zakharia anak dari Berekhya dan cucu dari Ido (1:1.7). Ia adalah seorang nabi Kerajaan Yehuda dan nabi ke-11 dari 12 nabi-nabi kecil. Seperti Yehezkiel, ia adalah seorang keturunan imam. Ia menggambarkan dirinya (Zefanya 1 : 1) sebagai “anak Berekhya”. Dalam kitab Nehemia ia disebut “bin (anak laki-laki) Ido,” yang adalah kepala kaum keluarga atau nenek moyangnya.
Zakaria adalah seorang nabi yang dipilih Allah menjadi perpanjangan tangan-Nya menyampaikan firman Tuhan ke tengah-tengah bangsa-Nya yang kembali dari pembuangan ke Yerusalem. Bersama dengan Hagai, Zakaria sukses menggugah dan mengarahkan bangsa itu untuk membangun kembali Bait Suci, di mana Bait Suci tersebut didirikan sekitar tahun 516/515 sM.
Nabi Zakaria bernubuat kepada 50.000 orang yang kembali ke Yehuda pada tahap pertama pemulihan pasca pembuangan. Sejak zaman Zefanya, Yehuda telah ditaklukkan dan dibuang ke Babel. Kemudian, orang-orang Yahudi telah diberi izin untuk kembali ke tanah air mereka; sekelompok yang relatif kecil telah melakukannya pada tahun 538 SM di bawah pimpinan Zerubabel, gubernur, dan Yosua, imam besar. Jadi tujuan Allah memakai Zakaria menjadi nabi adalah mendorong umat Allah yang tersisa itu untuk melanjutkan pembangunan Bait Suci (Pasal 1 – 8). Zakharia melaksanakan tugasnya dalam rangka mendukung upaya restorasi komunitas Yahudi yang baru saja kembali dari pembuangan pada waktu itu, dia memotivasi mereka untuk menyelesaikan pembangunan bait Allah dan mempersembahkan kembali diri mereka bagi Tuhan dengan harapan akan berkat-berkat-Nya.
Dalam seruan pengantar (Zakharia 1 : 1 – 6), ia ingin sisa umat yang kembali untuk berbalik kepada TUHAN semesta alam, agar tidak menerima lagi didikan pukulan dari Allah. Nenek moyang mereka sebelumnya, semuanya tidak taat mendengarkan nasehat teguran para nabi sehingga mendatangkan penghajaran dari Allah. Waktu dikeluarkannya seruan ini adalah kira-kira di antara berita kedua dan berita ketiga, dengan tema utama “Kembalilah kepada-Ku, maka Akupun akan kembali kepadamu”.
Tugas untuk memberi pesan pertobatan diemban oleh Zakharia, yang menerima firman Allah pada bulan kedelapan, tahun kedua pemerintahan Darius (ay. 1). Allah yang murka kepada nenek moyang mereka, masih berbelaskasihan dengan berupaya memanggil mereka kembali. Allah melalui Zakharia juga menyuruh mereka belajar dari pengalaman hidup nenek moyang mereka, untuk dijadikan pelajaran dan diambil hikmahnya (ay. 5). Pesan Allah menyiratkan pesan bahwa kalau mereka berpaling kepada Allah, bertobat, dan hidup melekat kepada-Nya, maka kelak mereka akan menikmati kehidupan yang kekal bersama Dia. Itulah yang terkandung dalam pesan Allah, “Kembalilah kepada-Ku, maka Aku pun akan kembali kepadamu.”
Bertobat itu berarti perubahan drastis dari hidup yang jauh dari Tuhan menjadi hidup yang mendekat kepada Tuhan. Itulah yang dikehendaki dalam kehidupan umat Israel di masa nabi Zakharia (Zakharia 1 : 2 – 3 “Sangat murka TUHAN atas nenek moyangmu. Sebab itu katakanlah kepada mereka: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Kembalilah kepada-Ku, demikianlah firman TUHAN semesta alam, maka Aku pun akan kembali kepadamu, firman TUHAN semesta alam. Ke-tegartengkuk-an nenek moyang Israel menjadi pelajaran bagaimana hukuman demi hukuman diberikan Tuhan kepada mereka. Tuhan ingin Israel dan kita senantiasa hidup dekat dengan Dia. Tuhan ingin umat-Nya menjadi umat yang setia dan taat hanya kepada-Nya.
Sesungguhnya seruan untuk hidup dalam pertobatan tidak hanya Allah berikan pada masa lampau, atau hanya diberikan kepada umat pilihan Allah. Kita pun sebagai orang percaya perlu mencermati setiap kali seruan pertobatan ini datang, lewat berbagai cara yang mungkin Allah lakukan. Seruan pertobatan yang sejatinya menunjukkan kasih Allah, yang tak ingin melihat kehidupan kita penuh kesengsaraan akibat dosa jika tidak segera bertobat. Jika kamu bertobat, Aku akan memulihkan keadaanmu, sehingga kamu dapat melayani Aku (Yeremia 15 : 19 “Karena itu beginilah jawab TUHAN: “Jika engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan engkau menjadi pelayan di hadapan-Ku, dan jika engkau mengucapkan apa yang berharga dan tidak hina, maka engkau akan menjadi penyambung lidah bagi-Ku. Biarpun mereka akan kembali kepadamu, namun engkau tidak perlu kembali kepada mereka”).
Perlu kita Renungkan dalam hati kita masing-masing bahwa Tuhan mengetahui setiap detil kehidupan kita, khususnya keadaan kita yang tidak dapat lepas dari kuasa maut karena dosa-dosa kita. Ia tahu yang terbaik dalam hidup kita. Dan, lebih dari itu, Ia menghendaki agar kita selamat dan hidup dalam pemeliharaan-Nya. Itu sebabnya tidak ada kata “Terlambat” bagi orang yang percaya kepada Tuhan. Tuhan memberi kesempatan kepada kita bersukacita meskipun hidup kita mengalami rintangan atau pergumulan.
TUHAN MEMBERKATI Bapak dan Ibu
Teriring Salam & Doa :
Pdt. Martahi Oloan Siahaan, STh, MM
Komentar
Posting Komentar