Renungan Hidup Kristen (RHK), 13 Mei 2205
Nats : YEREMIA 17 : 13
“Ya Pengharapan Israel, TUHAN, semua orang yang meninggalkan Engkau akan menjadi malu; orang-orang yang menyimpang dari pada-Mu akan dilenyapkan di negeri, sebab mereka telah meninggalkan sumber air yang hidup, yakni TUHAN”
TUHAN PENGHARAPAN KITA
Secara garis besar, keseluruhan Kitab Yeremia berisikan nubuatan tentang kehancuran Israel Selatan (atau Yehuda) sebagai hukuman atas dosa mereka dalam perbuatan buruk dan penyembahan berhala. Sebagai Nabi yang langsung dipanggil Tuhan pada masa mudanya (Yeremia 1 : 4 – 18), banyak menghadapi pergumulan dalam pelayanan dari segi keluarga (Yeremia 11 : 11 – 18 ; 12 : 6), dari imam dan raja (Yeremia 20 : 1 – 6 ; 37 : 11 – 21) dan dari nabi palsu (Yeremia 23 : 18). Saking beratnya pergumulan yang dihadapi, dia kadang-kadang merasa putus asa dan berkeluh kesah (Yeremia 20 : 8 – 9), bahkan dia sempat menyesali kelahirannya (Yeremia 20 : 14 – 8). Dia bergumul karena beratnya dosa bangsa Israel yang mau saja menyembah berhala. Begitu banyak disebutkan dalam kitab ini tentang perilaku Israel yang telah mengabaikan Tuhan untuk menyembah berhala (Yeremia 2 : 10 – 11 ; 7 : 31 ; 10 : 2 ; 19 : 5 ; 32 : 35). Yeremia berbeban berat karena ia harus menubuatkan kejatuhan kota Yerusalem (Pasal 36 – 39), maka ia dimasukkan ke dalam sumur dan hendak dibunuh (Yeremia 38 : 6). Tetapi, meskipun pergumulannya berat, sebagai Nabi, ia tetap setia melaksanakan tugas panggilannya dan janji Tuhan untuk menyertainya nyata (Yeremia 1 : 8 , 19 ; 20 : 11). Yeremia merasakan penderitaan yang sangat luar biasa dari sebuah bangsa pilihan Tuhan. Mereka tidak menurut dan taat pada perintah Tuhan.
Penderitaan yang berat dalam menyampaikan firman Tuhan dirasakan oleh nabi Yeremia, dimana ia mengalami berbagai penolakan dan penyindiran. Tetapi, nabi itu berseru meminta kesembuhan dan keselamatan hanya kepada Tuhan. Di sini, kesetiaan nabi Yeremia tidak dapat dikesampingan. Dia menderita karena memberitakan firman Tuhan, tetapi nabi itu memohon pertolongan dari Tuhan bergumul dan berseru kepada Tuhan.
Ternyata jika teguran/nasehat baik yang disampaikan kepada orang lain tidak didengarkan, seruan permohonan kepada Tuhan bukan agar orang-orang yang ditegur / dinasehati berubah, tetapi agar yang menegur/menasehati semakin dikuatkan (bukan tentang orang lain, tetapi diri sendiri). Tidak jarang timbul rasa dendam dan sakit hati bagi mereka yang menegur / menasehati tetapi tidak didengarkan. Permohonan nabi Yeremia, sembuhkanlah dan selamatkanlah, ternyata agar terhindar dari hal tersebut sehingga teguran/nasehat tetap dapat disampaikan di hari yang akan datang. Kesetiaan untuk menyuarakan yang benar dan memohon pertolongan agar diri terlepas dari gangguan, ternyata itulah yang hendak disampaikan nabi Yeremia dalam teks ini, beberapa kali nabi Yeremia menyebutkan bahwa kondisi keberdosaan bangsa Yehuda tidak hanya dari tampak luar saja, tetapi sudah menyentuh dan berakar dalam hati mereka (Yeremia 17 : 1, 5, 9).
Oleh karena itu, bangsa Yehuda tidak dapat lagi menerima perkataan Allah yang disampaikan nabi Yeremia, sebab mereka meresponnya dengan hati yang penuh dosa. Hal itu menjadi sebab dalam kitab Yeremia ini dimana nabi itu ditolak dan dilarang untuk berkhotbah di Bait Suci. Nabi Yeremia juga meminta agar Allah dengan tegas mempermalukan dan membingungkan para penganiaya-Nya dengan menggenapi nubuatan yang telah disampaikannya. Ia berusaha untuk memperlihatkan bahwa orang-orang yang menentang dirinya adalah mereka yang juga menentang firman Tuhan itu sendiri. Dalam hal ini, perlu diingat bahwa permohonan nabi Yeremia bukanlah suatu pertentangan dengan yang dikatakan dalam ayat 16. Meskipun di dalam pergumulan dan kegusaran yang berat, tetapi nabi Yeremia tetap menyerahkan hukuman bagi bangsa yang menolak dirinya kepada tangan Allah.
Dia percaya bahwa Allah itu memerintah dengan kekal, sehingga dengan setia menubuatkan kepada bangsa Yehuda bahwa mereka akan mengalami kehancuran yang besar. Allah justru memakai kehancuran tersebut menjadi bukti bahwa pemerintahan-Nya kekal. Dia menjadikan bangsa Yehuda dapat bersukacita karena Bait Suci, namun ke depannya juga akan menjadikan bangsa itu meratap serta menangis karena kehancuran. Pemerintahan-Nya yang kekal ini menjadi pandangan pengharapan umat percaya, terlebih pada masa sekarang ini.
Melalui teks ini, umat diajak untuk tetap menaruh kepercayaan kepada Allah sebagaimana nabi Yeremia yang dalam pergumulan dapat berkata, “Pengharapan Israel, Tuhan”. Orang-orang percaya harus tetap berpengharapan di tengah pergumulan. Paulus mengatakan kepada umat Tuhan bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Kristus telah mati dan bangkit untuk menebus dan menyelamatkan orang-orang percaya. Dia telah naik ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Dia akan datang kembali dalam kemuliaan untuk menghakimi dunia dan membawa umat percaya untuk hidup bersamanya di dalam kemuliaan surgawi. Kita diselamatkan dalam pengharapan.
Oleh karena itu, di tengah-tengah pergumulan kita harus tetap setia dan tekun. Meskipun di dalam kesusahan dan penderitaan yang kita alami adakalanya kita belum melihat pertolongan Tuhan, namun kita harus tetap menaruh pengharapan kepada-Nya. Percayalah bahwa Tuhan senantiasa memberikan yang terbaik kepada setiap orang yang beriman kepada-Nya. Dia mengasihi, memelihara dan memberkati kita. Dia yang memilih, menentukan, memanggil, membenarkan, dan memuliakan kita (Roma 8 : 29 – 30). Jadi, tetaplah memiliki pengharapan di tengah pergumulan, Amien
TUHAN MEMBERKATI Bapak dan Ibu
Teriring Salam & Doa :
Pdt. Martahi Oloan Siahaan, STh, MM
Komentar
Posting Komentar