Renungan Hidup Kristen (RHK), 15 Mei 2025

Nats  :  EZRA 7 : 6
“Ezra ini berangkat pulang dari Babel. Ia adalah seorang ahli kitab, mahir dalam Taurat Musa yang diberikan TUHAN, Allah Israel. Dan raja memberi dia segala yang diingininya, oleh karena tangan TUHAN, Allahnya, melindungi dia"

OLEH KARENA TANGAN TUHAN

 Ezra lahir di Babel dan memiliki hubungan dekat dengan Raja Artaxerxes dan dia seorang buangan menjadi orang kepercayaan raja. Ia dipercaya dan diutus oleh raja Artahsasta untuk membangun Bait Allah di Yerusalem. Artahsasta memilih Ezra menjadi istimewa di mata Artahsasta mestipun sebagai orang buangan walaupun Ezra memiliki kehidupan yang berbeda karena Ezra selalu mengasihi Tuhan dengan segenap hati bahkan orang-orang di seluruh Babel mengenalnya sebagai orang yang ahli dalam hal Taurat Tuhan, mahir dalam Taurat Musa yang diberikan TUHAN, Allah Israel. Dan raja memberi dia segala yang diingininya, oleh karena tangan TUHAN, Allahnya, melindungi dia (Ezra 7 : 6 c). Tuhan menolong Ezra karena ia setia kepada Tuhan. Dalam hal apa Ezra menyatakan kesetiaannya kepada Tuhan? Pertama, Ezra percaya bahwa Hukum Taurat diberikan melalui Musa oleh Allah sendiri. Karena itu Hukum Taurat menempati otoritas tertinggi dalam kehidupan umat Allah (ayat 6, band. Nehemia 8 : 14).

 
Dan Ezra, dalam kondisi sulit dan penuh tekanan, justru bertekun meneliti dan merenungkan Taurat Tuhan itu siang malam. Sementara orang-orang buangan lain mungkin sedang merenungi nasib dan mengasihani diri sendiri. Ia juga tekun mengajarkannya kepada orang-orang buangan di Babel. Kehidupan Ezra benar-benar menjadi kesaksian bagi bangsanya. Karena itu ia dipercaya melaksanakan mandat sang raja. Ya, Ezra tidak hanya mahir tentang Taurat Tuhan secara teori, tapi juga setia melakukan Taurat Tuhan itu dalam kehidupannya sehari-hari yang menyatakan bahwa tangan Tuhan melindungi Ezra (Ezra 7 : 6, 9) dengan membuktikan bahwa Raja Artahsasta, seorang raja yang tidak mengenal Allah membuat surat kuasa agar dipakai oleh Ezra sehingga memuluskan perjalanannya. Rombongan kedua, kurang lebih 80 tahun akhirnya berangkat setelah rombongan pertama. Bersama 2000 laki-laki dan keluarga mereka, mereka harus berjalan sejauh 900 mil, melalui daerah yang sulit dan berbahaya selama 4 bulan (Ezra 7 : 8, 9).  Ezra menerima izin khusus untuk kembali ke Yerusalem.

Atas wewenang raja Persia—Artahsasta sendiri—Ezra dikirim kembali ke kota suci Allah yang dimulai dengan sebuah dekrit dari Raja Koresh dari Persia, yang mengizinkan orang-orang Yahudi untuk kembali ke Yerusalem untuk membangun kembali bait suci yang telah dihancurkan oleh orang Babilonia pada tahun 587 SM (Ezra 1 : 2 – 4). Artahsasta pasti menyadari bakat istimewa Ezra karena ia memberikan wewenang yang luas kepada imam itu untuk membawa orang-orang kembali ke Yerusalem, memungut pajak, mengangkat hakim-hakim, mengajarkan hukum Allah, dan memimpin orang-orang Israel.

Kehidupan Ezra menjadi contoh bagi kita untuk tetap memelihara kesetiaan kita dalam pelayanan kepada Tuhan, bahkan saat ketiadaan pengharapan. Karena akan ada saat Tuhan menyatakan uluran tangan-Nya. Sebab itu ingatlah bahwa pertolongan Tuhan akan nyata menyertai umat-Nya yang menunjukkan kesetiaan kepada Dia karena Tangan Tuhan adalah cara lain untuk mengatakan berkat Tuhan. Agar tangan berkat Tuhan menyertai kita, kita harus mempelajari dan menaati Firman-Nya, dengan tujuan mengajar orang lain dan memuliakan Tuhan atas segala hal.

Ada saat dimana kita dibawa dalam sebuah situasi yang sulit untuk menguji kualitas iman kita. Mungkin kita berada di tengah-tengah begitu banyak orang yang kehilangan harapan. Apakah kita tetap berkomitmen untuk menunjukkan kehidupan yang berbeda ? Apa pun situasinya, kiranya roh kita tidak pernah padam untuk tetap berpegang kepada firman-Nya karena Dialah sumber dari semua keberhasilan yang kita miliki “bukan karena keperkasaan atau kekuatan kita, tetapi oleh Roh-Nya.” . Maka “Lakukan apa yang mungkin dan Tuhan akan melakukan apa yang tidak mungkin.” Kita melakukan bagian kita, tetapi kita menyadari bahwa kita membutuhkan berkat Tuhan atas usaha kita—kita membutuhkan tangan Tuhan yang penuh kasih karunia. Dan berdoalah agar tangan Tuhan yang baik menyertai kita. Jangan berasumsi—mintalah kemurahan-Nya. Ketika kita meminta, Dia menjawab, dan terkadang jawaban-Nya adalah dengan menunjukkan apa yang menghalangi kita untuk mengalami kemurahan-Nya. Saya ingin tangan Tuhan yang baik menyertai hidup saya—setiap bagiannya—jadi saya memohon. Serta carilah di mana Tuhan bekerja dengan-Nya di sana. Ikutilah tuntunan-Nya.

Jangan kita bersungut-sungut, mengeluh dan protes terhadap prosesnya Tuhan dalam kehidupan kita. Tetapi sebaliknya, mari kita membawa hati dan kehidupan kita untuk mau diproses dalam tangan Tuhan. Sesungguhnya Tuhan tidak akan membiarkan kita sendiri ketika kita ada didalam prosesnya Tuhan. Ketika proses Tuhan terjadi dalam kehidupan kita, ketika kita ada dalam bentukan tangan-Nya Tuhan; ingatlah satu hal yang pasti yaitu kekuatan yang melimpah-limpah yang berasal dari Allah sendiri, kekuatan itulah yang memampukan kita untuk melewati proses demi proses dalam kehidupan kita.

Doa :
Tuhan, aku mohon agar tangan-Mu yang murah hati menyertaiku, keluargaku dan semua upayaku untuk melakukan pekerjaan-Mu dan memajukan kerajaan-Mu, Amien


TUHAN MEMBERKATI Bapak dan Ibu

Teriring Salam & Doa :
Pdt. Martahi Oloan Siahaan, STh, MM

Komentar

Postingan Populer